Seorang sahabat yang begitu mencintai Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dengan pengabdian dan pelayanannya kepada sang Rasul utusan Allah. Sehingga kecintaannya tersebut membuat tak ingin berpisah dengan pujaan hatinya dan tetap terus bersama.
Pada umumnya orang-orang mengatakan “Setiap Pertemuan Pasti Ada Perpisahan”, namun pada kali ini penulis ingin memberikan sudut pandang yang berbeda yang kita ambil dari kisah Rabiah bin Kaab sebagai bentuk kecintaannya kepada Rasulullah.
Dari kalimat tersebut bisa menjadi sebuah siklus, kalau kita memakai kata ‘Setiap Pertemuan Pasti Ada Perpisahan’, maka siklus tersebut berakhir dengan sebuah perpisahan tanpa mendapatkan sebuah pertemuan selanjutnya sehingga menjadikan suatu keputusasaan.
Atau dapat dikatakan dari kalimat tersebut sebuah pertemuan yang terjadi pasti menimbulkan suatu perpisahan padahal hal itu belum tentu terjadi.
Oleh karena itu terasa lebih cocok jika kita menyebutnya ‘Setiap Perpisahan Pasti Ada Pertemuan’, jika berpisah maka yakin pasti ada pertemuan selanjutnya.
Menjadi suatu siklus yang memiliki akhir suatu pertemuan tanpa perpisahan, sehingga dalam konteks tersebut memunculkan pengharapan dan optimisme dalam melanjutkan kehidupan.
Dikutip dari Republika, salah satu contoh bukti nyata yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Ada seorang sahabat nabi yang bernama Rabiah bin Kaab, seorang pemuda yang hatinya terang akan cahaya iman, hatinya penuh akan pemahaman dan pengertian islam.
Menjadi asisten yang senantiasa mendampingi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, selalu berada di sampingnya kemana pun beliau pergi. Tak hanya mendampingi Nabi dan selalu berada di sisi beliau, Rabiah bin Kaab juga senantiasa melayani segala kebutuhan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Sepanjang hari sampai habis waktu isya yang terakhir, Rabiah bin Kaab senantiasa melayani Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Sering kali lebih daripada itu, ia terbiasa terjaga sampai larut malam di depan pintu rumah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Menjadi karakteristik Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam apabila ia menerima perbuatan baik, maka beliau akan membalas kebaikan tersebut berkali lipat.
Melihat keteguhan dan kesungguhan Rabiah bin Kaab dalam melayaninya, suatu hari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memanggil Rabi’ah bin Ka’ab lalu meminta ia menyampaikan permintaannya.
Tak langsung menjawab, Rabiah bin Kaab sejenak berpikir dan meminta agar Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memberikannya waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Harus diketahui sebelumnya bahwa Rabiah bin Kaab adalah seorang pemuda miskin yang tak memiliki sanak keluarga dan tak memiliki tempat tinggal, bersama Ahlus suffah atau tamu-tamu Allah lainnya mereka tinggal di pelataran Masjid Nabawi.
Lantas apa jawabannya Rabiah bin Kaab dari pertanyaan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengenai permintaannya?
Nyatanya dengan keadaan yang sulit, Rabi’ah bin Ka’ab tidak meminta hal-hal yang bersifat duniawi, entah itu harta benda ataupun pasangan yang cantik jelita. Keimanan dan keteguhan hatinya tak membuat silau akan dunia.
Rabi’ah bin Ka’ab meminta agar dapat bersama-sama mendampingi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam di surga, Nabi pun sampai mengulang pertanyaannya sekali lagi, apa ada hal lain yang diminta oleh Rabi’ah bin Ka’ab. Namun dengan penuh keyakinan Rabi’ah bin Ka’ab menjawab bahwa hanya itu permintaannya.
Dari sini kita bisa belajar bahwasanya dalam setiap perpisahan pasti ada pertemuan, selama kita hidup dan tinggal di dunia pasti ada perpisahan dan ada kemungkinan dapat bertemu kembali di tempat terbaik yakni Surga-Nya Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Itulah yang diyakini oleh Rabi’ah bin Ka’ab, dia tau bahwa kapan saja dia dapat berpisah dengan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan kecintaannya yang luar biasa kepada Nabi Muhammad sehingga dia meminta agar dipertemukan kembali di Surga-Nya Allah.
Begitupun dengan kita, yang dipisahkan dengan keluarga atau pasangan atau pekerjaan atu hal-hal lainnya, yakinlah bahwa itu adalah hal yang pasti terjadi dan tak dapat dihindari. Namun bukan berarti dengan perpisahan tersebut maka telah berakhir segalanya.
Jika sudah Allah pisahkan, pasti akan Allah pertemukan dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Kenapa harus berpikir demikian? Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-hamba-Nya.
Tetap berprasangka baik kepada Allah, mengikhlaskan apa yang telah Allah takdirkan kepada kita dengan begitu hal-hal baik akan datang tanpa disangka-sangka.
Baca Juga : Sholat 5 Waktu & Beban Hidup, Korelasi Yang Harus Kamu Tahu
