BERITAISLAM.COM – Kota Serambi Mekkah, para pembaca mungkin merasa tidak asing dengan julukan familiar tersebut, yak kota Serambi Mekkah sendiri merupakan salah satu julukan dari kota yang berada di ujung utara pulau Sumatra tersebut.
Mungkin bagi para pembaca penasaran kenapa Aceh bisa disebut sebagai kota Serambi Mekkah. dikutip dari laman wikipedia, selain sebagai tempat transit pesawat dan kapal yang akan ke kota suci Aceh sendiri merupakan tempat bermulanya penyebaran agama Islam di Indonesia dan memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara.
Letak Aceh sendiri berada ditempat yang sangat strategis, di sebelah barat sendiri wilayah Aceh berbatasan dengan Samudra Hindia dan di timur dan barat sendiri berbatasan dengan Selat Malaka. Selat Malaka sendiri merupakan salah satu jalur pelayaran laut yang cukup penting di pelayaran dunia dan merupakan jalur perdagangan internasional.
Dalam artikel kali ini beritaislam.com akan menerangkan salah satu kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Aceh dan mempunyai sejarah besar dalam mempertahankan Aceh dari serangan penjajah, kerajaan tersebut adalah Kesultanan Aceh. Berikut kami akan menjelaskan secara singkat dari sejarah berdirinya kesultanan, kejayaan, kemunduran, hingga peninggalan-peninggalan yang masih bisa kita lihat hingga sekarang, berikut penjelasannya
1. Berdirinya Kesultanan Aceh
Kesultanan Aceh sendiri didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun ke-1496. awalnya Kesultanan Aceh berdiri diatas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian beberapa wilayah di sekitar kerajaan seperti Daya, Pedir, Lidie dan Nakur mulai tunduk dan menyatakan diri sebagai wilayah dari Kesultanan. Selanjutnya pada tahun ke-1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari Kesultanan diikuti wilayah Aru
Pada tahun ke-1528, Sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh putra sulungnya yang bernama salahuddin yang berkuasa hingga tahun ke-1537 lalu digantikan oleh Sultan Aladdin Riayat Syah Al Kahar hingga tahun 1571.
2. Masa Kejayaan
Kesultanan Aceh mengalami puncak masa kejayaan pada saat dipimpin Sultan Iskandar Muda [1607-1636] atau Sultan Meukuta Alam, pada masanya Aceh berkembang pesat sebagai bandar terbesar di semenanjung Melayu menyaingi Malaka, pada masanya pula Pahang yang merupakan penghasil timah terbesar berhasil ditaklukan.
Pada tahun 1629, Kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap portugis di Selat Malaka dengan armada yang berjumlah 500 armada kapal laut dan 60.000 tentara. Serangan ini merupakan salah satu upaya Kesultanan Aceh untuk memperluas dominasinya di Selat Malaka dan di Semenanjung Melayu, namun sayangnya ekspedisi ini mengalami kegagalan.
Pada masanya pula, Sultan Iskandar Muda juga banyak mengirim banyak surat ke berbagai pemimpin dunia saat itu. Seperti Sultan Turki Utsmani Selim II, Pangeran Maurit Van Nassau hingga ke Ratu Inggris Elizabeth I, ini dilakukan Sultan Iskandar Muda untuk memperkuat posisi Kesultanan Aceh dimata Internasional.
Sultan Iskandar Muda menutup usia pada tahun ke-1636. Di bawah kepemimpinannya,
Kesultanan Aceh telah menjadi kerajaan Islam terbesar ke-5 saat itu setelah kerajaan Islam Maroko, Isfahan, Persia dan Agra. Seluruh wilayah semenanjung Melayu dan sebagian besar wilayah Sumatra telah disatukan di bawah kepemimpinan Kesultanan Aceh.
Secara ekonomi dan diplomasi, Kesultanan Aceh menjadi telah menjadi bandar-bandar besar yang cukup penting dalam jalur perdagangan dunia. Secara diplomasi Kesultanan Aceh telah memiliki hubungan yang cukup baik antara pemimpin-pemimpin dunia saat itu, rakyat aceh pun mengalami kemakmuran dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
3. Masa Kemunduran
Sepeninggalnya Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh terus mengalami kemunduran yang cukup signifikan. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya semakin menguatnya posisi Belanda di pulau Sumatra dan selat Malaka. Dimulai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tiku, Tapanuli, Barus, Deli, Mandailing[1840] serta Bengkulu ke dalam pangkuan Belanda.
Faktor lainnya adalah konflik internal yang terus terjadi di Kesultanan Aceh, hal ini dapat ditelusuri setelah wafatnya Sultan Iskandar Tsani penerus dari Sultan Iskandar Muda. Kesultanan Aceh terus mengalami konflik internal seperti pengurangan kekuasaan sultan oleh para bangsawan, perebutan tahta kesultanan antara pewaris kesultanan hingga perang saudara dalam hal perebutan kekuasaan, kemunduran tersebut terus terjadi sepeninggalnya Sultan Iskandar Tsani hingga bubarnya Kesultanan Aceh pada masa Sultan Muhammad Daud Syah Johan.
Sedangkan itu Belanda terus menerus melakukan ekspansi terhadap Kesultanan Aceh yang sedikit demi sedikit membuat Kesultanan Aceh banyak kehilangan wilayahnya. Puncak dari segala kemunduran Kesultanan Aceh adalah saat ditangkapnya Sultan terakhir, yakni Sultan Muhammad Daud Syah beserta keluarganya pada tahun 1903. Penangkapan ini menjadi akhir bagi Kesultanan Aceh yang menguasai semenanjung Malaya selama berabad-abad lamanya.
4. Peninggalan Kesultanan Aceh
Sebagai salah satu kerajaan Islam yang pernah berkuasa di semenanjung Malaya tentunya Kesultanan Aceh memiliki banyak peninggalan yang masih kita bisa lihat hingga sekarang. Berikut ini beritaislam.com akan memapaparkan apa saja peninggalan kesultanan Aceh yang masih bisa kita lihat, berikut pemaparannya
A. Masjid Baiturrahman
Masjid Baiturrahman pertama kali didirikan pada tahun 1612 di masa Sultan Iskandar Muda berkuasa, namun dari sumber lain mengatakan bahwa pembangunan Masjid Baiturrahman dilakukan pada saat Sultan Alaudin Mahmud Syah masih berkuasa pada tahun 1291.
Masjid ini selain sebagai tempat ibadah dulunya juga merupakan tempat pusat pendidikan dan peradaban ilmu agama, sekarang masjid merupakan salah satu destinasi religi wajib bagi kita jika akan berkunjung ke Aceh.
B. Taman Sari Gunongan
Peninggalan berikutnya yang masih bisa kita lihat hingga saat ini adalah Taman Sari Gunongan, taman yang didirikan saat Sultan Iskandar Muda berkuasa ini merupakan taman tempat biasanya permaisurinya[Putri Pahang] bersenang-senang.
Bangunan taman ini sendiri terbuat dari batu pualam yang berwarna-warni, tiangnya sendiri berbalut tembaga yang terukir indah dan taman ini sendiri dipenuhi dengan bunga-bunga. Lokasinya sendiri berjarak sekitar 4 menit dari Masjid Baiturrahman, tepatnya di Gampong Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman.
C. Benteng Indra Patra
Benteng Indra Patra merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang masih ada hingga sekarang, benteng ini sendiri merupakan peninggalan kerajaan Hindu Aceh pertama,yaitu Kerajaan Lamuri.
Benteng ini berfungsi sebagai benteng pertahanan Aceh dalam melawan penjajah Portugis yang ingin menguasai Aceh kala itu. Benteng ini sendiri terbuat dari campuran batu gunung, tanah liat, kulit kerang, kapur dan telur. Selain memiliki sejarah yang panjang, benteng yang terletak pada tepi lautan ini ternyata memiliki pemandangan yang menakjubkan yang dapat memanjakan mata kita dan.
Semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan kita terkait sejarah Kesultanan Aceh, semoga bermanfaat!