BERITAISLAM.COM – Nabilah Abdur Rahim Bayan yang kerap dipanggil Ustadzah Nabilah datang bersama sang suami Ustadz Ahmad Slamet Ibnu Syam di semarang pada hari ahad lalu 24 Maret 2024 di Grasia Convention Semarang, hadir dalam acara yang bertajuk Kajian Qur’ani dengan tema,”Qur’anic Parenting : Seni Mendidik Anak Cinta Al Quran.”
Acara tersebut diselenggarakan oleh Rumah Qur’an Alfatihah hasil kolaborasi dengan Pesantren Ibnu Syam, sebagai bentuk perjuangan dakwah kepada ummat dengan menyampaikan kebenaran Al-Qur’an untuk membekali diri dari ilmu serta menyiapkan generasi penerus yang cinta Al Quran dan mampu mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan.
Lebih kurang 500 orang hadir menyimak dan memperhatikan materi yang disampaikan Ustadzah Nabilah bersama Ustadz Ibnu Syam selaku sang suami. Terdiri dari para tamu undangan, peserta, wali santri, santri serta karyawan Yayasan Alfatihah.
Ustadzah Nabilah menyampaikan ada 5 cara dalam mendidik anak agar cinta Al Quran :

1. Orang Tua Menjadi Tauladan
Poin pertama yang Ustadzah Nabilah sampaikan adalah Orang Tua harus terlebih dahulu menjadi tauladan untuk anak-anaknya, karena seorang anak adalah peniru yang handal sehingga sulit mendidik anak cinta Al Quran sekiranya dari orang tuanya sendiri belum mampu menunjukkan kecintaannya kepada Al Quran.
Ustadzah nabilah mengutarakan sebuah pertanyaan yang menjadi intropeksi bagi para orang tua yang hadir pada acara tersebut, “Bagaimana anak-anak kita bisa cinta dengan Al Quran kalau kita saja orang tua nya sulit berinteraksi dengan Al Quran?”.
Beliau melanjutkan, “Bisanya cuma nyuruh-nyuruh aja, nak ngaji, nak baca quran, tapi kita selaku orang tua tidak mencontohkan kepada mereka, sehingga anak menjadi terpaksa berinteraksi dengan Al Quran, ayah atau ibu aja gak ngaji”.
Beliau juga menegaskan, “Ibu-ibu atau bapak-bapak kalau mengaji usahakan di depan anak-anaknya, agar mereka melihat langsung bagaimana interaksi kita dengan Al Quran. Jangan cuma mengaji ketika mereka tertidur, walaupun lebih tenang, gak ada suara berisik atau gangguan dari anak-anak kita, namun tauladan itu tidak sampai ke anak-anak.”
Begitulah peran pentingnya orang tua dalam bekerjasama memberikan contoh atau tauladan kepada anak-anaknya sebagaimana yang disampaikan Ustadzah Nabilah.
2. Mempersiapkan Diri Sebelum Menikah
Jika poin pertama tadi ditujukan kepada orang tua yang hadir, pada poin kedua Ustadzah Nabilah menyampaikan kepada para anak muda jomblowan dan jomblowati belum menikah yang hadir pada acara tersebut.
Beliau menyampaikan pentingnya untuk mempersiapkan diri sebelum menikah. Bagaimana para pemuda pemudi menjadi orang pertama yang cinta Al Quran sebelum kelak akan mendidik anak-anaknya juga cinta Al Quran.
Memperbanyak ilmu dan bekal sebelum ibadah terpanjang seorang muslim dan muslimah yakni sebuah pernikahan. Karena kewajiban belajar bukan hanya seorang laki-lagi agar kelak menjadi suami yang sholeh, namun juga berlaku kepada seorang perempuan agar kelak menjadi istri sholehah.
Salah satu cara teman-teman muslim dan muslimah yang masih belum menikah untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Al Quran adalah dengan menjadi seorang penghafal Al Quran.
Sebagaimana Ustadzah Nabilah dan Ustadz Ibnu Slamet yang sudah menjadi penghafal Al Quran sebelum mereka menikah, lalu keduanya disatukan dalam ikatan pernikahan yang membawa visi yang sama yakni mendidik anak-anak mereka cinta Al Quran.
3. Memperkenalkan Al Quran Sebelum Lahir atau Saat Masih Dalam Kandungan
Ustadzah Nabilah membeberkan salah satu tips yang dilakukan oleh kedua orang tuanya sehingga mereka memiliki anak-anak yang semuanya adalah hafidz quran dan tentunya cinta Al Quran.
Beliau mengatakan, “ada satu hal yang selalu dilakukan oleh orang tua saya ketika ibu saya hamil, yaitu mengajikannya.”
Terdengar sederhana, namun tidak semua orang tua mampu melakukannya. Sehingga memperdengarkan Al Quran kepada janin dalam kandungan baik Al Quran tersebut dilantunkan langsung oleh ibu atau bapaknya atau bahkan anak-anaknya yang sudah bisa mengaji secara bergantian. Bisa juga dengan menyetelkan murottal Al Quran selama masa kehamilan.
Maka hingga anak tersebut lahir, ia telah terbiasa dan tidak asing dengan suara-suara Al Quran yang membuatnya kelak mudah menghafal Al Quran dan menumbuhkan cinta kepada Al Quran.
4. Kemampuan Anak-Anak dalam Menghafal Al Quran Berbeda
Poin terakhir Ustadzah Nabilah sampaikan, bahwasanya kemampuan setiap anak dalam menghafal Al Quran itu berbeda-beda, sehingga para orang tua dituntut untuk bersabar dan kreatif dalam proses menumbuhkan kecintaan mereka terhadap Al Quran.
Seperti yang dialami sendiri oleh Ustadzah Nabilah, beliau menuturkan menyelesaikan hafalan Quran nya di usia 17 tahun. Sekilas terlihat cepat ya? Usia se muda itu sudah menyelesaikan hafalan quran. Namun beliau menegaskan prosesnya dalam menghafal quran dimulai sejak beliau berusia 5 tahun.
Berarti proses Ustadzah Nabilah dalam menghafal Al Quran ialah 12 tahun! Waktu yang sangat panjang, sungguh luar biasa kesabaran orang tua beliau dalam membimbing anak-anaknya.
Baca Juga : Kapan Malam Lailatur Qadar terjadi? Berikut adalah tanda-tandanya