BERITAISLAM.COM – Banyak umat muslim yang mengira bahwa sikap zuhud kerap diidentikkan sebagai orang-orang yang meninggalkan harta duniawi. Mulai dari mereka yang menggunakan pakaian kurang layak, hingga enggan memperbaiki keadaan hidupnya dengan alasan ingin bersikap zuhud. Padahal jauh dari itu, orang yang memiliki sikap zuhud tidak selalu berperilaku demikian. Sayangnya bersikap pura-pura zuhud merupakan hal yang mudah dilakukan, banyak orang yang rela merubah penampilan dirinya menjadi penampilan yang yang buruk hanya untuk mendapat pujian (orang zuhud) dari orang lain.
Adamun menurut Imam Al-Ghazali, sikap zuhud tidak harus selalu dikaitkan dengan harta benda duniawi. Zuhud sendiri merupakan amalan batin yang berkaitan dengan pangkat dan kewibawaan. Terkait hal ini ada 3 tanda-tanda zuhud menurut Imam Al-Ghazali.
Berikut 3 Tanda-Tanda Sikap Zuhud Menurut Imam Al-Ghazali
- Tidak Terpengaruh Oleh Keberadaan Maupun Ketiadaan Harta
Mengutip dari laman Nu Online, tanda-tanda zuhud menurut Imam Al-Ghazali yang pertama adalah tidak terpengaruh dengan keberadaan harta duniawi maupun ketiadaannya. Maksudnya, seseorang yang memasuki kategori zuhud tidak akan mudah merasa bahagia hanya karena hadirnya harta benda duniawi, pun demikian orang yang bersikap zuhud tidak akan mudah bersedih hanya karena kehilangan harta benda duniawi. Hal ini sebagaimana dipaparkan dalam kitab Imam Al-Ghazali yang berjudul Ihya Ulumuddin:
العلامة الأولى أن لا يفرح بموجود ولا يحزن على مفقود كما قال تعالى لكيلا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما آتاكم
Artinya, “Tanda pertama, tidak berbangga ketika berada dan tidak bersedih ketika tiada harta sebagaimana firman Allah, ‘Agar kalian tidak putus asa atas harta yang luput dan tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian,’ (Surat Al-Hadid ayat 23),” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz IV, halaman 252).
- Tidak Terpengaruh Oleh Pujian dan Hinaan
Tanda-tanda zuhud menurut Imam Al-Ghazali selanjutnya adalah tidak mudah terpengaruh oleh pujian atau hinaan dari orang lain. Menurut Imam Al-Ghazali sendiri orang yang zuhud tidak menyandarkan kebahagiaan pada pujian orang lain, ia juga tidak mudah merasakan kesedihan karena hinaan yang dilontarkan oleh orang lain. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali:
العلامة الثانية أن يستوى عنده ذامه ومادحه
Artinya, “Tanda kedua, orang yang menghina dan memujinya sama saja baginya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/252).
Az-Zabidi menjelaskan dalam kitab hafus Sadatil Muttaqin Syarah Kitab Ihya Ulumiddin, terkait tanda kezuhudan menurut Imam Al-Ghazali. Menurut beliau, orang zuhud tidak akan merasa bahagia karena secuil pujian dari orang lain, begitupun sebaliknya, oerang zuhud tidak akan merasa kecewa karena hinaan orang lain. Pendapat ini pun dikuatkan oleh Yunus bin Masyarah yang menyatakan bahwa zuhud bukan berarti mengharamkan apa yang Allah SWT halalkan lantas menyia-nyiakan harta benda duniawi. Selain itu, orang zuhud juga menyamakan orang yang memuji ataupun menghinanya.(Az-Zabidi, Ithafus Sadatin Muttaqin, [Beirut, Muassasatut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz IX, halaman 373).
- Terhibur dan Senang kepada Allah SWT
T4 Hukum Musik Menurut Berbagai Madzhab, Apakah Boleh?anda-tanda zuhud menurut Imam Al-Ghazali yang terakhir adalah senantiasa terhibur dan senang terhadap Allah SWT. Menurutnya, hati seorang hamba yang tidak lepas dari kebiasaan dan kegemaran mencintai Allah SWT baru bisa disebut sebagai hamba yang zuhud. Berbeda halnya dengan hamba yang terikat dengan kegemaran mencintai hal-hal yang bersifat duniawi, karena cinta kepada Allah SWT dan cinta dunia merupakan hal yang berbeda.
Terkait perbedaan ini, Imam Al-Ghazali mengibaratkan cinta dunia dan cinta kepada Allah SWT bagaikan udara dan air. Apabila air masuk, maka udara di dalamnya akan pergi, dan keduanya tidak mungkin berada dalam satu wadah yang sama.
العلامة الثالثة أن يكون أنسه بالله تعالى والغالب على قلبه حلاوة الطاعة
Artinya, “Tanda ketiga, senang dengan Allah yang ditandai dengan kenikmatan ibadah dalam hatinya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/252).
Itu dia tanda-tanda zuhud menurut Imam Al-Ghazali yang penting untuk kita ketahui. Jangan sampai kita meneladani orang-orang yang keliru dalam mempraktikkan sikap zuhud. Karena sejatinya zuhud tidak selalu berarti mengharamkan apa yang Allah SWT haramkan, dan meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi.
Baca Juga : 4 Hukum Musik Menurut Berbagai Madzhab, Apakah Boleh?