Sebagai manusia tentunya dalam menjalani kehidupan di dunia yang sementara ini kita membutuhkan sebuah prinsip hidup untuk dijadikan pedoman agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh sang Maha Pencipta Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Begitulah Allah menurunkan Al Quran melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam yang segala sesuatu jika berkaitan dengan Al Quran maka ia akan mulia. Sebagaimana malaikat jibris A’alaihi Salam menjadi malaikat paling mulia diantara semua malaikat yang Allah ciptakan. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi manusia paling mulia di muka bumi ini. Makkah dan madinah menjadi kota yang paling mulia karena Al Quran turun disana, hingga bulan ramadhan menjadi bulan yang paling mulia diantara 12 bulan karena turunnya Al Quran pada bulan tersebut.
Lantas sebagai manusia yang Allah berikan nikmat iman dan islam yang mana nikmat tersebut tidak Allah berikan kepada semua manusia yang diciptakan-Nya sehingga kita merasakan indahnya agama islam. Ada konsekuensi yang harus kita laksanakan yakni menjadikan Al Quran dan Hadist menjadi prinsip hidup agar tidak tersesat.
Dalam menjadikan Al Quran sebagai prinsip hidup, dikutip dari ceramah Ustadz Adi Hidayat ada kaidah atau konsep yang harus kita pahami agar tidak salah kaprah. Sehingga prinsip hidup tersebut menancap kuat dalam sanubari dan mampu dipraktekkan dalam kondisi sesulit atau semudah apapun.
Berikut ini 2 kaidah Al Quran sebagai prinsip hidup umat islam yang harus kamu pahami :
1. Tidak Ada Keraguan di Dalamnya
Dalam Al Quran surat kedua Al-Baqarah ayat 2, Allah buka dengan kalimat “La raiba fih” yang artinya tidak ada keraguan di dalamnya. Sehingga kaidah pertama yang wajib dipahami selaku umat islam, segala sesuatu yang termaktub atau tercantum dalam Al Quran merupkan sebuah kebeneran hakiki yang sama sekali tidak ada keraguan di dalamnya.
Sebagaimana para penulis buku, di halaman awal karya-karya mereka selalu disematkan kalimat bahwasanya mereka sudah berusaha semaksimal mungkin, jika ada kesalahan atau kritikan mohon disampaikan.
Namun Allah Subhanahu Wa Ta’ala sang maha pencipta langit dan bumi beserta segala isinya langsung menegaskan bahwasanya tidak ada kesalahan yang perlu diragukan, tidak ada kekeliruan yang perlu disampaikan. Para hamba-Nya hanya perlu yakin dan percaya 100% terhadap apa yang ada di dalam Al Quran.
2. Mustahil Allah Mengingkari Janji-Nya
Setelah prinsip hidup kita meyakini dan mempercayai 100% bahwasanya tidak ada keraguan suatu apapun di dalam Al Quran, maka kaidah kedua yang harus dipahami adalah Allah sangat pasti menepati janji-Nya sebagaimana tercantum dalam Al Quran surat ke 3 Ali Imran ayat 9 Allah menegaskan yang artinya, “Sungguh Allah tidak menyalahi janji”.
Tentu di dalam Al Quran terdapat banyak janji-janji yang Allah sampaikan, contohnya 2 janji Allah untuk orang bersyukur dan berbagai jani lain-Nya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita sebagai hamba mau percaya terhadap janji-janjiNya?
Allah sampai menegaskan bahwa dirinya tidak menyalahi janji, mustahil ingkar janji sehingga kita selaku hamba-Nya tidak punya alasan selain percaya dan yakin sepenuhnya bahwa Allah pasti akan menepati.
Lain halnya jika yang berjanji adalah manusia, sudah menjadi rahasia umum kita tidak bisa yakin dan percaya sepenuhnya kepada janji manusia apalagi mereka-mereka yang berjanji demi sebuah jabatan atau pangkat yang bahkan tak sedikit dari kita dan orang yang kita kenal sudah muak, sudah tidak percaya dengan janji-janji yang mereka sampaikan.
Apa manfaat yang bisa kita terima jika sudah memahami 2 kaidah Al Quran tadi?
Jika kita sudah menjadikan 2 kaidah Al Quran tadi sebagai prinsip hidup maka proses menjalani kehidupan ini baik saat sulit,susah dan bahkan mustahil untuk ada solusinya ataupun kondisi senang, bahagia dan segala sesuatu terasa mudah, hati ini akan tetap tenang, akan tetap optimis, senantiasa berprasangka baik pada Allah dan terus berharap rahmat, karunia serta pertolongan kepada-Nya.
Tidak ada kata stress, depresi, gundah gulana yang menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran. Walaupun ada kesedihan dan kekecewaan itu menjadi panggilan khusus dari cinta dan kasih sayang Allah kepada kita. Barakallahu fiikum
