BERITAISLAM.COM – Mentari perlahan tenggelam, tergantikan oleh senja. Begitu juga hakikat kepemilikan dunia yang semu. Segala yang hadir akan pergi jika tiba waktunya.
Kehidupan manusia dilengkapi dengan berbagai kenikmatan. Ia punya hak atas tempat tinggal, makan, bepergian, dan melakukan hal yang menyenangkan hatinya. Namun pada dasarnya semua itu hanya sementara.
Beberapa sering menyebutnya sebagai kepemilikan padahal hanya titipan. Segala titipan yang ada dalam hidup kita sebagai bentuk kesadaran bahwa diri kita milik Allah yang suatu hari nanti dapat diambil-Nya.
Sebenarnya apa sih hakikat kepemilikan dunia yang semu ini? Di bawah akan kita bahas lebih detail tentang memahami makna kepemilikan.
Makna dan Sebab Kepemilikan
Bahasa mudahnya, kepemilikan adalah bagian dari kekuasaan dan kebebasan dalam pemakaian sesuatu. Kepemilikan maknanya sangat luas, namun islam mempercayai bahwa segala yang ada di bumi ini adalah milik Allah.
Segala pencapaian yang telah diraih oleh manusia biasanya menjadikan dirinya sombong. Namun hakikatnya segala bentuk kepemilikan akan berakhir pada ditinggalkan atau meninggalkan.
Tidak ada yang benar-benar abadi dalam dunia ini. Segala bentuk kenangan yang kita miliki perlahan akan pudar terlupakan, dan segala bentuk titipan-Nya akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Termasuk umur, waktu, dan ilmu yang kita miliki akan diminta pertanggungjawaban. Apakah selama ini mampu bermanfaat untuk sekitar atau hanya sia-sia disimpan sendiri.
Ada beberapa sebab kepemilikan sempurna. Islam telah memberi hak kepemilikan sempurna bagi siapapun. Sebab kepemilikan pertama adalah akad pemindahan kepemilikan.
Dalam akad ini, barang yang akan ditukar harus memiliki sumber yang jelas. Tidak boleh menukar barang yang tidak tau asal kepemilikannya meski tercatat mubah.
Sebab lain adalah kepemilikan harta yang diperoleh tanpa berusaha, seperti hadiah, warisan, ataupun mahar. Kepemilikan ini secara resmi menjadi hak bagi kita.
Kepemilikan Dunia yang Semu
Dunia diibaratkan seperti tempat singgah dari sebuah perjalanan panjang. Yang dari perjalanan itu kita akan mendapatkan dan meninggalkan banyak hal.
Kita sering berprasangka buruk bahwa Allah selalu mengambil apa yang kita senangi. Menghilangkan segala hal yang mulai membuat kita nyaman.
Bukan karena Allah jahat, namun dari sana kita belajar bahwa hakikat kepemilikan dunia adalah semu. Segala tipu daya yang gagal kita pahami adalah bentuk Allah mengajarkan kita untuk bangkit dan kembali pada-Nya.
Manusia diciptakan dengan fitrah. Wajar apabila manusia tertarik dan condong akan keindahan dunia, yang tidak wajar tak itu ketika dengan kecintaan itu menjadikan manusia lalai dalam hal akhirat.
Sebagaimana kisah Qarun yang dahulu adalah seorang yang miskin. Berkat do’a nabi Musa, ia menjadi orang yang kaya. Saking besar kecintaan pada hartanya menjadikannya seseorang yang sombong.
Harta itu tidak menolongnya menuju kehidupan akhirat yang baik, malah membinasakannya. Bukan kekayaannya yang salah, namun bagaimana hati kita menanggapinya.
Banyak para ulama yang dengan kekayaan itu tidak menggoyahkan keimanannya. Harta yang dimilikinya menjadi kebermanfaatan untuk umat di dunia dan kebermanfaatan untuknya di akhirat kelak.
Kepemilikan dalam islam terbagi pada beberapa macam. Seperti yang kita tahu akan kepemilikan individu, yaitu memanfaatkan barang yang diperoleh karena sebab, seperti warisan, hadiah, dan sebagainya.
Selanjutnya ada kepemilikan umum yaitu memanfaatkan barang yang mutlak diperlukan masyarakat, seperti air, jalan, masjid, sungai, dan sebagainya. Setiap orang punya hak atas kepemilikan ini.
Dan yang terakhir kepemilikan negara, yaitu memanfaatkan harta yang hak pengelolaannya ada di tangan negara. Kepemilikan negara dapat dialihkan pada kepemilikan pribadi dengan kesepakatan bersama, seperti sarana prasarana yang telah disediakan pemerintah.
Secara garis besar, segala bentuk kepemilikan yang ada di dunia ini bukanlah milik kita. Dengan mengetahui ini kita akan lebih baik dalam menjaga barang titipan dan menjadikannya bermanfaat untuk sekitar.
Dengan mengetahui hal ini diharap kita dapat menjaga apa yang telah dititipkan dengan baik. Sehingga kelak jika Allah mengambilnya, kita sudah dengan hal yang lebih baik lagi dari apa yang kita jaga.
Demikian sekilas pembahasan mengenai kepemilikan dunia yang semu. Semoga bermanfaat dan menyadarkan kita bahwa ada banyak hal di dunia ini yang hanya sekadar titipan.