Itikaf menjadi salah satu amalan yang identik dilakukan pada bulan suci Ramadhan, dimana seorang muslim dan muslimah menetap atau berdiam diri di masjid dengan niat itikaf mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ketika kaum muslimin melaksanakan itikaf, maka akan menjadi mudah baginya menjalakan aktivitas-aktivitas ibadah lainnya karena sudah melepaskan hasrat dan ambisi duniawi yang sebelumnya mereka kerjakan.
Sebagaimana yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam itikaf pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan hingga akhir hayatnya dari hadist yang dikutip oleh sahabat Ubay bin Ka’ab dan istrinya Rasulullah yakni Aisyah Radhyallahu ‘Anha.
Karena hal itu lah itikaf menjadi amalan yang paling dianjurkan khususnya saat bulan Ramadhan segera usai di 10 malam terakhirnya untuk dilakukan oleh muslim dan muslimah baik yang sudah berkeluarga ataupun belum.
Namun jika seseorang masih memiliki kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan seperti bekerja dan lain sebagainya, itikaf tetap masih bisa dilakukan karena amalan tersebut tidak mengharuskan kita menetap berdiam diri selama 24 jam di masjid.
Tidak ada durasi minimal tertentu dalam menjalankan amalan ini, yang menjadi tolak ukurnya adalah niat. Ketika seseorang sudah berniat itikaf berdiam diri di masjid lalu melaksanakan segala amal ibadah lainnya di dalam masjid tersebut kemudian orang itu beranjak keluar dari masjid maka apa yang dilakukannya sudah bernilai ibadah itikaf.
Dengan kemudahan yang Allah berikan dan Rasul contohkan, maka sungguh merugi siapa-siapa yang mengaku dirinya kaum muslimin namun tidak menjalankan amalan ini apalagi ketika bulan suci Ramadhan telah menginjak pada 10 malam terakhir.
Berikut ini beberapa keutamaan itikaf pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan :
Turunnya Malam Lailatul Qadr
Momen yang sangat indah akan terjadi di 10 malam terakhir bulan ramadhan, dimana pada malam tersebut lebih baik dari 1000 bulan sebagaimana yang telah Allah tegaskan dalam firmanNya di Q.S ke 97 Al-Qadr ayat 3. Yang artinya, “malam kemuliaan (lailatul qadr) itu lebih baik dari seribu bulan.”
1000 bulan jika dikonversi menjadi 83 tahun lebih sedikit, sehingga seseorang baik muslim ataupun muslimah yang melakukan ibadah pada malam tersebut seperti membaca Al Quran, berdzikir, sholat tarawih, sholat tahajjud dan ibadah-ibadah lainnya, maka apa apa yang mereka lakukan bernilai lebih baik ketimbang seseorang yang melakukan ibadah tanpa henti selama 83 tahun lebih sedikit.
Terdengar tidak masuk akal, namun begitulah kuasa dan kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya ummat nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang rata-rata usianya cenderung sedikit sekitar 60an tahun namun amal ibadahnya berpotensi sama atau bahkan melebihi amal ibadah ummat-ummat sebelumnya yang Allah karuniai usia lebih panjang.
Jika diibaratkan seperti gaji, seseorang yang memiliki gaji 1 juta setiap bulannya lalu diberikan sebuah kesempatan pada suatu bulan dimana gajinya bisa 1000 kali lipat lebih banyak dibandingkan gaji biasanya. Yakni pada bulan tersebut orang itu berpotensi mendapatkan gaji 1 juta dikali 1000, ya 1 miliar hanya dalam kurun waktu 1 bulan. Maka mustahil orang tersebut menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan.
Jika orang tersebut adalah kamu, maka apa sikapmu menghadapi kesempatan itu? Bisa mendapatkan 1 miliar hanya dalam sebulan. Apakah kamu akan melewatkannya? Menyia-nyiakannya? atau bersegera dan bersemangat menyambut kesempatan itu? Tanyakan kepada diri kita masing-masing bagaimana menyambut malam lailatul qadr yang kian mendekat ini.
Mendekatkan Diri Kepada Allah
Itikaf yang dilakukan oleh seorang muslim dan muslimah khususnya pada 10 malam terakhir di bulan ramadhan tentu membuat mereka dekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berdiam diri menetap di dalam masjid menjalankan amalan dan ibadah.
Melaksanakan sholat fardhu secara berjamaah yang tentunya bisa mendapatkan shaff pertama, merupakan salah satu nikmat yang didapat oleh mereka yang melakukan itikaf, sungguh pahala dan keutamaan yang luar biasa bagi seorang hamba.
Melaksanakan sholat rawatibnya sebagai penyempurna sholat fardhu, berdzikir membasahi lisan dengan mengingat Allah, membaca Al Quran, melepas dahulu segala beban dan ambisi duniawi. Sehingga membuatnya mampu lebih mendekatkan diri kepada Allah.
