BERITAISLAM.COM – Terkadang selain dari kelalaian seseorang dalam menjaga ucapan, beberapa alasan lain mengatasnamakan bercanda yang tanpa disadari menyakiti hati orang lain. Sebagian orang menyimpulkan bahwa menjaga lisan sebagai cerminan diri yang berpengaruh juga terhadap kualitas diri.
Menjaga lisan sama halnya dengan membentuk kebiasaan hidup yang lebih baik. Seringkali hal ini disepelekan dan dianggap remeh, padahal dampak negatifnya tak hanya mengandalkan satu pihak.
Maka dengan ini kita perlu mengetahui keutamaan menjaga lisan sebagai cerminan diri yang akan di bahas pada artikel di bawah. Simak dengan seksama!
Konsep Menjaga Lisan
Faktor utama kehancuran hubungan sosial sesama manusia akibat ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan lisan. Lisan dianggap sebagai senjata yang lebih tajam dari pedang.
Dalam hadis, Rasulullah juga bersabda bahwa salah satu perkara yang menjadikan seseorang masuk neraka adalah lisannya. Pun dengan apa yang diucapkan akan diminta pertanggungjawaban kelak.
Perkataan seseorang mencerminkan apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Pikiran yang baik akan menghasilkan perkataan baik yang memang lebih baik disampaikan. Pun dengan pikiran buruk yang lebih baik disimpan sendiri demi meminimalisir menyakiti orang lain.
Perkataan yang baik adalah perkataan yang tidak merendahkan orang lain bahkan memperlihatkan kebodohan atau aib orang lain. Juga perkataan yang disampaikan pada waktu dan tempat yang tepat.
Hendaknya juga memilih kata yang pantas disampaikan sesuai dengan kebutuhan. Perkataan yang berlebihan dapat menimbulkan kejenuhan pada orang yang mendengar.
Lisan cerminan diri menjadi patokan khusus dalam islam. Yang mana islam mengajarkan agar menjaga dari perkataan buruk. Seakan diam lebih baik dari menyakiti orang lain dengan lisan kita.
Sudah bukan menjadi masalah yang rumit untuk mengenali seseorang karena lisan cerminan diri. Sebagai muslim yang beriman, hendaklah menjaga perkataan sebelum dilontarkan pada orang lain.
Efek tidak menjaga lisan ini ternyata menyimpan dampak terhadap mental dalam jangka panjang. Selain dosa karena menyakiti hati orang lain, juga membuat orang enggan untuk melakukan interaksi.
Untuk menjaga lisan sebagai cerminan diri bisa mulai dilatih dengan memikirkan kata yang pantas dan santun agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Atau setidaknya penuhi hari dengan perbanyak dzikir kepada Allah.
Hikmah dari menjaga lisan sebagai cerminan diri adalah menciptakan lingkup yang harmonis, hidup menjadi lebih tenang tanpa terjadinya konflik dan perpecahan sosial. Selain itu juga mempererat tali persaudaraan.
Kisah Serta Keutamaan Menjaga Lisan Sebagai Cerminan Hati
Seorang anak bernama Abu Salam yang mengalami sebuah kejadian tak terlupakan. Ketika ibunya memasak roti yang tidak sengaja hingga gosong. Roti gosong itu disajikan dan dimakan oleh sang Ayah.
Semula Abu Salman mengira ayahnya akan marah, namun sang Ayah berkata, ‘makanan gosong tidak akan menyakiti siapapun. Namun kata-kata yang keluar dari mulut akan menyakiti orang lain entah seberapa dalam rasa sakitnya.’
Abu Salam tersenyum sembari menikmati makanannya. Dalam keadaan emosional yang tinggi, terkadang seseorang tidak mampu mengendalikan emosinya dengan mengungkapkan perkataan yang kurang bijak.
Perlu kita pahami keutamaan menjaga lisan yang pertama yaitu terlaksananya perintah Allah untuk tidak menyakiti orang lain. Dengan ini juga terlaksananya pahala sunnah karena mengikuti Rasulullah dalam berkata yang baik.
Seseorang yang menjaga lisan akan mendapat ridha Allah dan dijauhkan dari kebinasaan. Muslim yang mampu menjaga lisan juga akan menyandang kedudukan yang tinggi sebagai muslim.
Menjaga lisan dapat memperbaiki hubungan sosial dengan menghindari konflik. Meminimalisir konflik menjadikan hati lebih tenang. Ia tak lagi memikirkan ucapan mana saja yang menyakiti hati orang lain.
Islam merupakan agama yang jelas dan rinci dalam menjaga koridor kebaikan. Tak hanya menyelamatkan dirinya dari neraka, namun juga mendekatkan dirinya kepada Allah dan manusia lainnya.
Menjaga lisan sebagai cerminan diri menjadi manifestasi taqwa dalam kebaikan dunia dan akhirat. Yang dengan ini juga menyadarkan manusia bertanggung jawab akan ucapan yang dilontarkan kepada orang lain.
Semoga dengan mengetahui hal ini Allah jadikan lisan kita sebagai sarana memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Sekian pembahasan artikel saat ini, semoga bermanfaat dan bisa diterapkan!