BERITAISLAM.COM – Mengungkapkan amarah mungkin bisa membuat seseorang merasa lega yang tanpa disadari mencipta luka pada hati yang lain. Mungkin kita sering bertanya mengapa harus melatih kesabaran meski mampu mengungkapkan amarah?
Sabar itu tiada batas, hanya perlu pengulangan sekali lagi agar terbiasa untuk tidak mengungkapkan emosi negatif pada tempat yang salah. Mungkin awalnya tidak mudah mengendalikan emosi yang hendak keluar.
Penting bagi kita untuk selalu menekankan ulang buah dari kesabaran, sehingga dengan ingatan itu mampu mengontrol emosi pada batas normal. Di bawah akan kita bahas kiat ampuh melatih kesabaran berdasarkan kisah zaman nabi, simak dengan baik!
Mengapa Harus Bersabar Padahal Kita Punya Amarah
Marah merupakan luapan emosi negatif yang dengan ini seseorang mampu merasa lega. Namun pernahkah berpikir bahwa amarah yang diungkapkan itu sekadar menyenangkan satu pihak dan menyakiti pihak yang lain.
Luapan emosi negatif yang keluar sepersekian detik ini mampu memperkeruh keadaan yang tidak pernah tahu kapan akan berakhir. Melatih kesabaran meski mampu mengungkapkan amarah menjadi bentuk profesionalisme terhadap diri sendiri.
Terkadang amarah tercipta karena ungkapan emosi yang tidak bisa disalurkan dalam hal positif. Emosi itu bertumpuk dan tertahan hingga satu masa dimana sudah tidak ada ruang lagi untuk menampung. Dengan kata lain amarah itu keluar sebagai hal negatif.
Sabar tidak selalu bermakna pasrah. Sikap ini memiliki posisi yang tinggi dalam tingkat keimanan. Dalam Al-Qur’an sendiri banyak membahas betapa dahsyat keutamaan dan janji untuk orang yang sabar.
Jika sudah tidak bisa diungkapkan melalui nasihat ataupun tindakan, maka bersabar di atas doa menjadi jalan akhir yang menjanjikan. Firman Allah dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah akan selalu membersamai orang-orang yang sabar.
Dengan bersabar seseorang akan dilimpahkan rahmat untuk diampuni dosa-dosanya, sehingga dengan ini dimudahkan untuk mendapat petunjuk langsung dari-Nya. Sabar juga memutus rasa saling menyakiti satu sama lain.
Membiasakan sabar sama dengan melatih hati untuk meneladani sikap Rasul yang mudah memaafkan. Sabar menjadi pemberian terbaik Allah dari sekian banyak pemberian yang lain.
Diibaratkan sebagai sinar, sabar mampu menjadi penerang seseorang dalam meniti setiap liku permasalahan di dunia. Segala hal yang terjadi di dunia ini memerlukan sabar dalam hal ibadah maupun kehidupan bersosialisasi.
Tanpa kesabaran, seseorang tidak akan pernah bisa melakukan perlawanan terhadap tindak laku buruk yang akan menyakiti lingkungannya. Maka kesabaran memegang peran penting dalam seluruh aspek kehidupan.
Melatih Kesabaran Meski Mampu Mengungkapkan Amarah
Sabar sudah bukan menjadi istilah asing pada masa kini. Pun juga bukan termasuk sikap pasrah, lemah, bahkan pesimistis. Sabar merupakan sikap aktif yang membentengi dirinya untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki tingkat emosional tersendiri. Yang mana amarah merupakan fitrah. Belajar dari kisah Maimun bin Mahran menahan amarahnya dengan bersabar.
Seorang budak yang hendak menghidangkan makanan berkuah, tiba-tiba kakinya tergelincir hingga makanan berkuah itu membasahi pakaian Maimun bin Mahran. Ketika Maimun hendak memukul budak tersebut, ia teringat akan firman Allah untuk menahan amarah.
Pada penghujung surat Ali Imran ayat 134, Allah berfirman agar manusia menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain karena Allah menyukai orang yang berbuat kebaikan.
Seakan singkat kisah ini membuktikan bahwa setiap manusia memiliki emosi. Tergantung bagaimana kendali diri dalam menyikapi hal negatif tersebut menjadi kebaikan.
Kesabaran melatih seseorang untuk berpikir positif dalam menyikapi segala hal yang terjadi tanpa menghakimi. Seakan menghakimi tidak akan pernah menjadi pilihan tepat dalam hal apapun.
Pikiran yang positif menciptakan kehidupan yang positif pula. Seseorang akan terlatih untuk bersyukur dengan melihat hal apapun dari sisi baik tanpa menarik kesimpulan negatif.
Dengan melatih kesabaran meski mampu mengungkapkan amarah membantu seseorang berkehidupan tenang dan lebih bijak. Tentu bukan hal yang mudah dalam membiasakan sikap ini.
Dalam melatih kesabaran, selain praktek juga perlu ilmu. Disamping memahami kisah kesabaran pada zaman nabi, tanamkan juga pemahaman akan ketetapan Allah, kuatkan pengetahuan aqidah, serta perbanyak membaca Al-Qur’an dan maknanya.
Sehingga ketika diuji dengan amarah atau rasa kesal, dalam hitungan detik pikiran kita teringat akan ilmu yang telah dipelajari. Tidak ada hal yang mudah dalam menjalankan setiap kebaikan di dunia ini, tergantung seseorang itu mampu belajar meningkatkan kualitas diri lebih baik.
Dalam penerapannya mungkin terkesan sulit. Bagaimana pun manusia memiliki keinginan untuk mengeluarkan emosi negatif yang mengganggu pikirannya. Dengan mengetahui keutamaan sabar dibanding mengungkapkan amarah, sedikit banyaknya mampu melatih kesabaran diri.
Demikian sekilas informasi melatih kesabaran meski mampu mengungkapkan amarah. Semoga menambah wawasan baru sehingga mampu mendorong seseorang untuk berproses menjadi lebih baik. Semoga bermanfaat!