Sebagai seorang penulis naskah iklan atau copywriter tentu memiliki teknik untuk menyampaikan sesuatu dari apa yang dituliskannya yaitu soft selling dan hard selling. Dalam artikel kali ini kita akan mengulik perbedaan diantara soft selling dan hard selling. Tentunya kamu bisa memahami dahulu mengenai copywriting itu sendiri.
Jika kamu sedang berbelanja di suatu toko, berjalan-jalan di mall, makan di restoran, atau berwisata di tempat-tempat tertentu, pasti dapat dilihat berbagai tulisan-tulisan yang terpampang guna menarik perhatian pengunjung untuk membacanya.
Yap, itu adalah impelementasi dari sebuah copywriting. Bagaimana mereka bisa menarik perhatian mu melalui tulisan-tulisan yang dibuat lalu ditempatkan pada spot-spot yang mudah terbaca oleh audiens dengan menggunakan metode penulisan soft selling dan hard selling.
Sebelum masuk ke materi perbedaan, alangkah baiknya kita mengetahui pengertian dari masing-masing soft selling dan hard selling agar memudahkan dalam memahami.
Dilansir dari barantum, soft selling adalah metode penjualan secara halus dimana bahasa yang digunakan tersirat sehingga membuat pelanggan penasaran kemudian mencari tau lebih dalam mengenai produk/jasa yang ditawarkan.
Sedangkan hard selling adalah metode penjualan yang dilakukan menggunakan bahasa lugas dan to the point sehingga menunjukkan secara gamblang atau terang-terangan kalau sedang melakukan promosi sebuah produk atau jasa.
Agar lebih jelas, berikut ini 2 perbedaan antara soft selling dan hard selling dalam copywriting yang bisa kamu ketahui :
1. Tata Bahasa
Dalam copywriting tentu menggunakan bahasa yang persuasif untuk mempengaruhi orang yang membacanya guna melakukan suatu tindakan setelahnya. Nah, kalau soft selling dalam copywriting bahasa yang digunakan selain persuasif adalah halus dan tersirat, sehingga membuat pembaca tidak langsung menyadari kalau apa yang sedang mereka baca mengandung suatu promosi dari produk atau jasa yang ditawarkan.
Sedangkan hard selling dalam copywriting, bahasa yang digunakan selain persuasif adalah lugas dan to the point. Pembaca bisa langsung menyadari bahwasanya dalam tulisan yang mereka baca sedang dipromosilkan suatu produk atau jasa.
2. Atensi
Karena soft selling menggunakan kata yang halus dan tersirat dari copywritingnya, maka respon dari pembaca tentu bisa menimbulkan rasa penasaran dan ingin tau sehingga pembaca mengeksplor lebih jauh tentang suatu produk atau jasa yang sedang ditawarkan.
Sebaliknya, karena hard selling menggunakan bahasa yang lugas dan to the point maka respon dari pembaca ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, pembaca langsung melakukan sebuah pembelian atau transaksi jika dalam copywriting tersebut menawarkan suatu produk atau jasa atau pembaca bisa saja merasa tidak nyaman atau tidak cocok sehingga acuh dari apa yang sudah mereka baca.
Lantas mana yang terbaik?
Tentu masing-masing teknik atau metode baik soft selling atau hard selling dalam copywriting memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sehingga kamu bisa mengkolaborasikan 2 metode tersebut agar mendapat hasil yang maksimal.
Ada rasio atau perbandingan yang bisa kamu pakai untuk memaksimalkan metode tersebut yakni 70% menggunakan metode soft selling kemudian 30%nya menggunakan metode hard selling.
Setelah kamu memberikan copywriting dengan metode soft selling, para pembaca akan penasaran dan mencari tau lebih banyak mengenai produk atau jasa yang kamu tawarkan lalu pakailah metode hard selling untuk menghentakkan keraguan para pembaca sehingga kolaborasi 2 metode tersebut menjadi efektif dan maksimal.
