BERITAISLAM.COM – Maaf dan memaafkan merupakan satu teori yang telah kita pelajari sejak pertama kali memasuki jenjang sekolah. Beberapa merasa kesulitan ketika mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terkadang kita mampu memaafkan suatu permasalahan, namun sulit memaafkan kesalahan orang lain. Berarti kita memang belum sepenuhnya belajar menjadi pemaaf.
Maaf bukan hanya sekedar kata belaka, harus disertai hati yang lapang dan ingatan yang mudah melupakan semua jejak buruk itu, sehingga kedepannya tidak tercipta dendam. Berikut 5 tips memaafkan kesalahan orang lain yang harus kamu tahu!
1. Kenali Diri Sendiri
Ada kalanya kesalahan orang lain belum tentu murni kesalahan dia. Dalam kondisi lelah, diri kita cenderung mudah terbawa perasaan, menyalahkan segala hal yang mengganggu kenyamanan diri kita.
Ego terlalu berharap lebih terhadap orang yang telah menyakiti kita. Berharap dia minta maaf duluan atas kesalahan yang dilakukannya, sehingga masalah yang semula kecil menjadi rumit.
Semakin dewasa seharusnya kita bisa semakin menurunkan ego, belajar memahami orang lain dan diri sendiri, mengungkapkan apa yang membuat kenyamanan itu terganggu. Bukan sekadar diam dan menunggu orang lain minta maaf duluan.
2. Memaafkan Sebagai Bentuk Kewarasan Diri
Ketika kita merasa kesal dengan orang lain, perasaan kita ikut lelah, menanggung hal-hal yang tidak bisa diungkapkan oleh lisan. Pada akhirnya sederet pekerjaan ikut terbengkalai.
Menjadi dewasa bukan hanya tentang meminta maaf duluan, namun juga memaafkan meski semesta tahu hal itu bukan sepenuhnya kesalahan kita.
Jika tidak begitu, hingga kapan hati kita menyimpan rasa kesal pada orang lain? Hingga kapan tidak bertegur sapa pada orang lain? Padahal dulu kita adalah orang yang saling membutuhkan satu sama lain.
3. Posisikan Diri Sebagai Orang yang Menyakitimu
Saat merasa tersakiti atau terluka, kadang kita lupa pernah menggores luka pada hati yang lain. Manusia tempatnya salah, pada dasarnya kita juga akan saling menyakiti satu sama lain.
Respon terhadap orang lain juga akan kembali pada kita. Ketika kita memperlakukan orang lain dengan buruk, mungkin suatu hari nanti kita juga akan diperlakukan dengan buruk, bahkan lebih buruk. Bukankah itu lebih menyakitkan?
Posisikan diri sebagai orang yang menyakitimu. Bukan atas kesalahan yang diperbuat, namun sikap apa yang kelak kau dapati jika kamu menyikapi kesalahan orang lain dengan hal yang buruk.
4. Hilangkan Ingatan Buruk, Tanamkan Ingatan Baik
Satu kesalahan orang lain sering membutakan seribu kebaikan yang telah orang lain perbuat. Gali seribu kebaikan itu sebelum satu kesalahan membekukan waktu untuk merasa kesal pada seseorang.
Kita hanya perlu memahami konteks atas situasi seseorang. Hal ini melatih diri kita untuk sabar dan berfikir positif untuk memaafkan kesalahan orang lain.
5. Setiap Kejadian Pasti Ada Hikmah
Tak semua hal mampu kita pahami. Bahkan untuk memahami takdir hari ini saja kita tak mampu. Namun kita harus selalu mengondisikan pikiran kita dalam keadaan yang baik.
Jangan melulu memikirkan hal yang buruk, tapi pikirkan bagaimana hal buruk itu mampu membawamu pada keadaan yang baik.
Kisah Rasulullah Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Pagi hari di sudut pasar Madinah, ada seorang pengemis buta berteriak-teriak. “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan terpengaruhinya.”
Pengemis buta itu akan mengatakan hal itu pada setiap orang yang mendekatinya. Hingga berita itu sampai pada Rasulullah.
Rasulullah menghampirinya setiap pagi. Diam tanpa kata, beliau membawakan makanan sembari menyuapinya setiap pagi. Pengemis buta itu terus mengingatkannya untuk tidak mendekati Muhammad.
Rasulullah menyuapi pengemis itu setiap pagi hingga menjelang wafat. Setelah wafatnya Rasulullah, tidak ada lagi yang menyuapi pengemis buta itu setiap pagi.
Suatu pagi, rumah Aisyah dikunjungi Abu Bakar yang kemudian bertanya, “Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?”
Abu Bakar adalah ahli sunnah. Tidak ada satu sunnah pun yang tidak dikerjakan kecuali satu sunnah, yaitu menyuapi pengemis buta setiap pagi.
Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke Pasar, mencari keberadaan pengemis buta itu dan menyuapinya.
Pengemis buta itu merasa ada yang berbeda. Ia bertanya, “siapakah kamu?”
Abu Bakar menjawab, “aku orang biasanya.”
“Engkau bukan orang biasanya! Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa menyuapiku makanannya dihaluskan dulu dengan mulutnya, kemudian ia memberikannya kepadaku dengan mulutnya sendiri.”
Abu Bakar meneteskan air matanya, seraya berkata, “aku memang bukan yang biasa menyuapimu, aku adalah salah satu sahabatnya. Dia yang menyuapimu telah tiada, dan dialah Muhammad SAW.”
Pengemis buta itu ikut menangis, ia berkata, “benarkah demikian? Selama ini aku menghinanya, memfitnahnya. Sedang ia tak pernah memarahiku sekalipun. Ia selalu membawakan makanan untukku setiap pagi, ia begitu mulia.”
Di hadapan Abu Bakar pengemis itu bersyahadat.
Ada banyak saksi sejarah bahwa Rasulullah selalu memaafkan kesalahan orang lain, bahkan pada orang yang menghinanya terang-terangan. Sebagai muslim seharusnya kita bisa meneladani sikap Rasulullah dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Inilah 5 tips memaafkan kesalahan orang lain, dengan mengetahui hal ini, diharap kita dapat meneladani sifat Rasulullah dengan banyak introspeksi diri dan memaafkan kesalahan orang lain dibanding sibuk mencari kesalahannya.