BERITAISLAM.COM – Rasulullah merupakan makhluk terbaik yang diutus Allah ke muka bumi untuk menjadi suri teladan bagi setiap umat. Perjalanan hidupnya adalah saksi perjuangan yang penuh hikmah dan pembelajaran untuk umatnya.
Memilih hidup sederhana itu bukan miskin, Rasulullah melatih hati kita agar senantiasa terpaut akan sabar dan syukur. Beliau lebih memilih kenyang dalam satu waktu agar merasa bersyukur, dan lapar dalam waktu lain agar mampu bersabar.
Hidup dalam kesederhanaan adalah salah satu bentuk keteladanan Rasulullah. Bukan karena beliau terpaksa dalam keadaan itu, namun sebagai teladan bagi umatnya.
Allah pernah menawarkan Rasulullah untuk mengubah batu dan pasir dalam gurun pasir menjadi emas, namun Rasulullah menolak dan memilih untuk hidup dalam kecukupan dan kesederhanaan.
Hidup Sederhana Itu Bukan Miskin, Inilah Hikmah Di Balik Kesederhanaan!
Kesederhanaan melatih umat untuk merasakan kesetaraan dengan orang fakir dalam menjalani kehidupannya, agar mereka merasa senasib. Memang pada dasarnya kemewahan di dunia ini tak ada nilainya di akhirat kelak.
Apa yang menjadi pilihan Rasulullah menjadi bukti bahwa kesederhanaan lebih berharga dari kekayaan. Jika Rasulullah berada dalam kekayaan, kaumnya akan menuduh bahwa beliau gila harta dan tamak.
Kesederhanaan mampu membuat kita menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak terlena dengan kenikmatan dunia. Sehingga bila tiba waktu untuk beribadah, kita bersegera untuk mengerjakannya.
Rasulullah mengajarkan agar hidup di dunia ini seperti seorang musafir. Segala yang kita miliki hari ini akan pergi keesokan harinya, tidak ada yang abadi dalam segala aspek.
Pun dengan apa yang tidak kita miliki hari ini, jika memang takdirnya akan datang meski jalannya begitu rumit. Sehingga kita tidak dianjurkan untuk merasa nyaman hingga lupa tujuan hidup yang sebenarnya.
Memilih hidup sederhana itu bukan miskin. Hal ini menjadi tradisi yang patut dilestarikan. Kini perkembangan zaman menciptakan tren kuliner dengan presentase pemasaran yang tidak pasti.
Ketika sedang ramai orderan, produk yang dijual akan laku. Namun jika sepi orderan, produk akan dibuang. Tindakan ini menunjukkan perilaku yang buruk yaitu mubazir.
Mubazir adalah bukti tidak bersyukur atas nikmat Allah. Di luar sana banyak orang yang tidak bisa makan. Maka dengan ini sebaiknya kita tidak melebihkan makanan demi kepuasan diri.
Menggunakan air secukupnya juga bentuk kesederhanaan. Mengingat banyak daerah yang kering dan kekurangan air bersih. Dengan kesederhanaan ini kita juga ikut merasakan apa yang orang lain rasakan.
Dengan menerapkan kesederhanaan, kita dapat mengalokasikan keuangan untuk hal-hal positif yang lebih bermanfaat, seperti sedekah pada anak yatim, atau membantu mengembangkan penjualan pedagang kaki lima.
Sehingga kekayaan itu tidak hanya membuat kita bahagia namun orang lain juga bahagia. Kebermanfaatannya juga sampai pada tujuan dan pahala untuk akhirat.
Perempuan Kaya Raya yang Dermawan
‘Aisyah al-Marwaziyah, seorang sufi dan muhaddits yang terkenal akan dermawannya. Nama lengkap beliau adalah ‘Aisyah binti Ahmad ath-Thawwil al-Marwaziyyah.
‘Aisyah al-Marwaziyah mampu menghabiskan beribu-ribu dirham untuk menghidupkan orang yang tak mampu. Bahkan beliau rela hidup dalam kemiskinan demi mengalokasikan keuangannya untuk kebutuhan akhiratnya.
Pakaiannya begitu sederhana, makanannya setara dengan makanan orang miskin. Namun dengan kemiskinan ini mengajarkannya sabar, dan dengan kekayaan mengajarkannya syukur.
‘Aisyah al-Marwaziyyah tidak merasa keberatan akan hartanya untuk menghidupi orang-orang yang tidak mampu. Jika hartanya habis, beliau tidak merasakan susah hati, pun jika hartanya berlimpah tidak merasa diperbudak.
Tak selamanya niat baik ‘Aisyah berjalan mulus. Beberapa waktu beliau juga menerima penolakan karena laki-laki menganggap sebuah kehinaan ketika menerima sesuatu dari seorang perempuan.
‘Aisyah yang mendengar pernyataan itu menanggapi bahwa kehormatan seseorang tidak ditentukan pada gender. Setiap orang punya hak yang sama dalam beramal. Beliau mengerjakan amalan itu bukan semata karena pujian, namun karna ingin meraih ridha Allah.
Seseorang yang masih mencari kehormatan dari gender, berarti belum memaknai esensi pengabdian adalah kasih sayang, bukan memandang rendah sesuatu yang bersifat kodrati.
Itulah sekilas pembahasan mengenai hidup sederhana itu bukan miskin. Semoga dengan membaca artikel ini kita bisa memulai untuk hidup sederhana demi mengalokasikan keuangan pada hal-hal positif yang lebih bermanfaat untuk akhirat.