BERITAISLAM.COM – Ada sejumlah jalan agar terhindar dari fitnah syahwat. Beberapa cara ini adalah hikmah dari kisah nabi Yusuf yang diuji dengan ujian syahwat pada masa itu. Dalam kisahnya, ada sejumlah jalan yang bisa kamu terapkan dalam mengupayakan kesucian diri dan godaan dosa. Lalu, apa saja 7 jalan agar terhindar dari fitnah syahwat itu? Simak ulasannya berikut ini!
Memohon Perlindungan Allah
Jalan agar terhindar dari fitnah syahwat yang pertama adalah memohon perlindungan Allah atas godaan yang datang. Godaan untuk menjerumuskan diri dalam dosa syahwat bisa kamu tepis dengan selalu memohon perlindungan dan bimbingan Allah lewat doa.
Godaan syahwat memang tidak hanya datang dari ajakan yang berasal dari perkataan (verbal) atau ajakan yang bersifat tindakan saja, tetapi sumber dosa yang berasal dari mata lewat tontonan yang tidak ada manfaatnya juga bisa datang kapan saja. Itulah mengapa Allah telah melarang hambaNYA untuk mendekati zina, dan jangan sampai melakukannya.
Dalam sebuah ayat dalam surat Yusuf Allah mengabadikan keteguhan nabi Yusuf dalam memohon perlindungan Allah saat godaan syahwat itu datang. “Aku berlindung kepada Allah.” (Q.S. Yusuf: 23) Ayat tersebut menjadi bukti bahwa nabi Yusuf pada saat itu teguh memegang pendirian untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri dengan menjaga diri dari ajakan yang menjurus pada zina.
Menyadari Godaan yang Datang adalah Bentuk Kezaliman
Jalan agar terhindar dari fitnah syahwat kedua adalah memyadari godaan yang datang adalah bentuk kezaliman. Bentuk kezaliman memang bisa berwujud dalam berbagai bentuk, salah satunya salah godaan untuk melakukan zina.
Maksud zalim di sini adalah zina merupakan perbuatan menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya atau melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan (berdasarkan nilai-nilai Islam). Zina merupakan perbuatan terlarang dalam Islam, karena aktivitas ini hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang telah menikah dan sah secara syariat Islam maupun hukum yang berlaku di tempat dimana seseorang hidup. Inilah dasar yang menjadikan zina dan godaan untuk melakukan zina harus dihindari, sebab zina adalah perbuatan zalim yang tentu tidak sejalan dengan syariat Islam.
Dalam sebuah hadis pun Rasulullah telah menjelaskan tentang konsep zina yang merupakan bentuk kezaliman yang paling keji. Datang seorang pemuda pada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, dia berkata “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.” (H.R. Ahmad No. 22211, disahihkan oleh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 370)
Para sahabat pun menegurnya, namun Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam mendekatinya dan bertanya, “Apakah kamu menyukainya untuk ibumu?” “Apakah kamu menyukainya untuk putrimu?” “Apakah kamu menyukainya untuk saudara perempuanmu?” “Apakah kamu menyukainya untuk bibimu?” Dan untuk setiap pertanyaan tersebut pemuda itu mejawab, “Tidak, demi Allah, engkau telah menjadikan diriku penebus bagi dirimu sendiri.” Lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda kepadanya, “Demikian pula, manusia tidak akan menyukainya untuk ibu mereka, putri mereka, saudara perempuan mereka, atau bibi mereka”, karena itu adalah kezaliman yang keji.
Memperbaharui dan Memperkuat Iman
Jalan agar terhindar dari fitnah syahwat ketiga adalah memperbaharui dan memperkuat iman. Iman akan menjadi pelindung dan tameng yang kuat untuk menahan diri dari godaan yang hanya menimbulkan dosa dan keburukan.
Dalam sebuah ayat di surat Yusuf dijelaskan bahwa keteguhan iman yang nabi Yusuf tunjukkan dalam upaya menjaga diri dari godaan zina patut dijadikan teladan umat Islam.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِمَا لَوْلَا أَن رَّمَا بُرْهَانَ رَبِّهِ
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.” (Q.S. Yusuf: 24)
Merealisasikan Keikhlasan
Jalan agar terhindar dari fitnah syahwat yang keempat adalah merealisasikan keikhlasan. Dalam kisah nabi Yusuf yang berusaha menahan segala macam godaan zina dan ujian syahwat ada konsep keikhlasan di dalamnya.
Keikhlasan nabi Yusuf dalam menjaga hatinya dan menundukkan hatinya untuk meraih rida Allah menjadi jalan untuknya dihindarkan dari menjalankan kenikmatan yang haram. Di ayat ke 24 surat Yusuf dijelaskan bahwa nabi Yusuf termasuk hambaNYA yang terpilih sebab mampu memalingkan diri dari kemungkaran dan kekejian.
كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termausk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Q.S. Yusuf: 24)
Makna al mukhlishin dalam penggalan ayat ke 24 surat Yusuf tersebut adalah orang-orang yang tulus atau ikhlas pada Allah. Pemaknaan tulus dan ikhlas dalam menyelamatkan diri dari godaan syahwat sehingga mampu memalingkan diri agar tak terjerumus dalam kesesatan menjadi perlindungan khusus bagi nabi Yusuf. Oleh karena itulah, nabi Yusuf disebut dalam ayat ke 24 itu disebut sebagai hamba Kami yang terpilih.
Melarikan Diri dari Fitnah dan Godaan
Jalan agar terhindar dari fitnah syahwat kelima adalah melarikan diri dari fitnah dan godaan yang bisa menjerumuskan diri dalam dosa syahwat. Melarikan diri dari fitnah dan godaan secara jelas dilakukan oleh nabi Yusuf saat digoda oleh perempuan pada masa itu dengan melarikan diri menuju pintu (Q.S. Yusuf: 25).
Hal inlah yang harus dilakukan seorang muslim, yaitu tegas menempatkan dirinya saat ada godaan atau fitnah syahwat datang padanya. Korelasi jalan kelima dengan jalan keempat sebelumnya terletak pada ketegasan diri dan keikhlasan diri untuk mematuhi perintah Allah sehingga segera menghindar dari hal yang menjerumuskan diri pada dosa. Memilih lingkungan yang bisa mendukung upaya peningkatan iman dan menjauhkan diri dari godaan dosa adalah sebaik-baik upaya berikutnya yang bisa kamu lakukan dalam rangka menjauhkan diri dari dosa syahwat.
Menahan Diri
Jalan agar terhindar dari fitnah syahwat yang keenam adalah menahan diri. Hal ini menjadi sulit dilakukan pada saat ini, sebab sumber-sumber kemaksiatan bisa dengan mudah kamu temukan dimana saja. Inilah mengapa mencari lingkungan yang bisa membantumu terhindari dari hal-hal yang menjerumuskan pada dosa bisa menjadi solusi.
Menahan diri adalah wujud ketegasan dan kekuatan komitmen untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi segala larangan, serta segala hal yang bisa menjerumuskan diri pada hal-hal terlarang. Orang-orang beriman yang kuat dan bisa menahan diri adalah mereka yang beruntung dan akan menuai janji dari Allah di akhirat kelak.
Berdoa Sungguh-Sungguh Agar Mendapat Perlindungan dari Allah
Jalan agar terhindar dari fitnah syahwat yang ketujuh atau terakhir adalah berdoa sungguh-sungguh agar mendapat perlindungan dari Allah. Siapa saja orang beriman yang memohon perlindungan dan pertolongan pada Allah bisa menjadi tameng kuat untuk dirimu sendiri dalam rangka menjauhkan diri dari hal yang diharamkan oleh Allah.
Nabi Yusuf telah mencontohkan sikap ini dalam kisahnya yang digoda oleh perempuan pada masa dimana ia hidup. Kesungguhannya dalam berdoa Allah abadikan dalam ayat ke 33 yang menjelaskan tentang isi doa nabi Yusuf.
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
“Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan aku tentu termasuk orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Yusuf: 33)
Doa tulus nabi Yusuf inilah yang menjadi pelindung bagi dirinya pada saat itu dari godaan atau ajakan perempuan yang memiliki syahwat padanya. Allah pun mengabulkan doa nabi Yusuf dan melindunginya dari tipu daya mereka.
Itu dia ulasan tentang jalan agar terhindar dari fitnah syahwat yang diambil dari hikmah kisah nabi Yusuf pada masa lalu. Kamu bisa juga menerapkan sejumlah jalan agar terhindar dari fitnah syahwat yang sudah dibahasa untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Semoga ulasan jalan agar terhindar dari fitnah syahwat ini bermanfaat untuk bekal dunia dan akhiratmu. Barakallahufikum.
Baca Juga: Kisah Hidup Sa’ad Bin Abi Waqqash: “Singa yang Menyembunyikan Kukunya”