BERITAISLAM.COM – Islam memang sangat memuliakan manusia dengan memberi akal dan meninggikan derajat manuia karena kedudukan akal yang dimilikinya. Hal itulah yang kemudian menjadikan manusia berbeda dengan hewan dan menjadi pengemban amanah mengelola bumi. Lalu, bagaimana kedudukan akal dalam pandangan Islam sehingga bisa menjadikan manusia tinggi derajatnya? Mari kita ulas!
Definisi Akal
Pembahasan mengenai kedudukan akal dalam pandangan Islam harus dimulai dari definisi akal terlebih dahulu. Asal usul kata akal berasal dari kata bahasa Arab yang bermakna mencegah. Kata itulah yang kemudian melahirkan pengertian yang lebih spesifik, yaitu akal dapat mencegah pemiliknya dari hal-hal yang tidak pantas.
Adapun sinonim atau kata yang memiliki makna yang sama dengan akal adalah kata Al Lub, Al Hija, Al Hijr, dan An Nuhyah. Pengertian akal itulah yang menjadikan manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dari hewan, sebab memiliki alat untuk mempertimbangkan baik dan buruknya suatu hal dengan akal.
Menurut laman muslim.or.id definisi akal yang digunakan dalam Alquran, hadis, maupun perkataan ulama yang tidak keluar dari keempat simpulan definisi akal berikut ini. Pertama, akal adalah kemampuan berpikir yang Allah tanamkan pada manusia sejak lahir. Kemampuan inilah yang membuat Allah menjadikan manusia mampu memahami berbagai hal. Hal itulah yang menjadikan manusia berbeda dengan hewan dan berbeda dengan orang gila.
Kedua, ilmu dharuri yang disepakati oleh seluruh orang berakal. Misalnya, “seluruh” itu lebih banyak daripada “sebagian”, keberadaan makhluk menunjukkan keberadaan pencipta, mustahil menggabungkan dua hal yang kontras, dan seterusnya.
Ketiga, ilmu nazhari, yaitu pengetahuan yang didapatkan dari proses berpikir dan penelitian. Keempat, tindakan yang muncul akibat keberadaan suatu pengetahuan. Inilah penggunaan kata akal yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya surat Al Mulk ayat 10.
وَقَالُواْ لَوۡ كُنَّا نَسۡمَعُ أَوۡ نَعۡقِلُ مَا كُنَّا فِيٓ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ
“Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Q.S. Al Mulk: 10)”
Kedudukan Akal dalam Pandangan Islam
Kedudukan akal dalam pandangan Islam terletak dalam derajat yang tinggi, sebab penetapan kedudukan tersebut berdasarkan sikap syariat dalam memuliakan, menghormati, dan memelihara akal. Sejumlah penjelasan mendukung konsep tentang kedudukan akal dalam pandangan Islam.
Penjelasan yang pertama, syariat menjadikan akal sebagai syarat yang menjadikan ketentuan hukum Allah berlaku. Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda tentang konsep akal pada manusia. “Pena catatan amal diangkat dari tiga golongan: orang yang tidur hingga bagun, anak kecil hingga ia bermimpi, dan orang gila hinggga ia berakal.”
Kedua, syariat menjadikan motivasi agar manusia menjadi lebih produktif. Akal akan menjadi alat yang bisa manusia gunakan untuk merenungi (tadabbur) tentang ayat dan hadis, bahkan aturan Allah yang ada dalam Alquran.
Ketiga, kedudukan akal dalam pandangan Islam menjadikan orang-orang yang berakal memiliki kedudukan tertentu, sebab syariat memuji ornag-orang yang memiliki akal sehat. Dalam sebuah ayat di surat Al Baqarah Allah menjelaskan tentang hikmah dari orang-orang yang menggunakan akalnya. “Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S. Al Bawarah: 269)
Keempat, syariat Islam mencela orang-orang yang enggan mengasah akalnya sesuai dengan penjelasan dalam surat Al Baqarah ayat 170-171. Kelima, syariat islam telah menetapkan bahwa kedudukan akal dalam pandangan Islam adalah satu dari lima hal besar yang harus dijaga dalam agama Islam.
Keenam, syariat Islam melarang kaum muslimin untuk menelantarkan akalnya sehingga lumpuh hingga melecehkan akal dengan jalan mendengarkan banyak cerita bohong, sulap, perdukunan, sihir, jimat, pamali, dan hal-hal yang serupa dengannya. Ketujuh, kedudukan akal dalam pandangan Islam menganjurkan kaum muslimin menjaga akal dari kebingungan dan beban kerja diluar kapasitasnya. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memelihara akal dari kesia-siaan. Misalnya, Allah tidak membebani manusia untuk memikirkan bentuk rupa hal gaib, mencari tahu hikmah dari seluruh kejadian dan sebagainya.
Itulah ulasan tentang kedudukan akal dalam pandangan Islam yang semoga bisa menjadikanmu lebih berysukur dengan terus mengasah akal dan mempelajari banyak hal. Jangan lupa untuk terus melibatkan Allah dalam setiap proses belajarmu agar Allah melembutkan akalmu dan bisa menerima ilmu yang sedang kamu pelajari.
Baca Juga: Begini Cara Mengingat Kematian Menurut Imam Al Ghazali