Puasa memiliki beberapa hukum, ada puasa yang hukumnya wajib, sunnah, bahkan makruh. Puasa makruh bukan puasa yang diharamkan, tetapi puasa ini disebabkan karena waktu pelaksanaan puasanya ataupun kondisi orang yang melaksanakan puasanya. Puasa yang hukumnya wajib bisa saja bersifat makruh dikarenakan kondisi orang tersebut. Ada beberapa macam puasa makruh salah satunya adalah seperti halnya puasa ramadhan, puasa yang awalnya hukumnya wajib bisa menjadi makruh karena kondisi orang tersebut, contohnya ketika wanita hamil atau sedang sakit maka puasa ramadhan nya hukumnya makruh karena ketika tetap ditunaikan akan membahayakan orang tersebut. Lalu apa saja macam puasa makruh lainnya? Berikut penjelasannya terkait macam macam puasa makruh.
Macam Macam Puasa Makruh
Mengutip dari laman NU Online menurut Syekh Abu Al-Hasan bin Al-Muhamili dalam Kitab Al-Lubab menjelaskan ada 10 puasa yang dimakruhkan:
“Adapun puasa yang dimakruhkan ada sepuluh, yaitu (1) puasa orang sakit, (2) puasa orang yang sedang bepergian jauh, (3) puasa perempuan hamil, (4) puasa perempuan yang sedang menyusui, (5) puasa orang yang sudah sangat renta dan khawatir ada bahaya yang cukup berat, (6) puasa pada hari syakk atau diragukan dan puasa pada separuh terakhir bulan Sya’ban kecuali bagi orang yang berpuasa dalam semua bulan tersebut atau sudah terbiasa puasa sebelumnya, (7) puasa pada hari Arafah bagi orang yang menunaikan ibadah haji, (9) puasa sunah bagi orang yang masih memiliki kewajiban qadha puasa Ramadhan, (1) puasa hari Jumat secara terpisah.” (Abu Al-Hasan bin Al-Muhamili, al-Lubab fil Fiqhi asy-Syafi’i, [Madinah: Darul Bukhari], 1416 H, jilid 1, halaman 190).
Seperti yang telah dijelaskan pada kitab diatas, sebenarnya penyebab suatu puasa bisa dikatakan makruh hukumnya karena kondisi orang tersebut dan juga waktu pelaksanaan puasa tersebut. Penjelasan diatas yang menyebutkan terkait puasanya orang sakit, orang yang sedang berpergian jauh, perempuan hamil, perempuan menyusui, dan orang yang sudah dalam kondisi renta hukumnya adalah makruh sekalipun dia sedang berpuasa yang hukumnya wajib ataupun sunnah, karena apabila tetap memaksakan untuk berpuasa maka akan membahayakan orang tersebut. Namun, apabila ketika dijalankan tidak terjadi hal yang berbahaya maka hukum puasa tersebut kembali ke hukum asalnya, seperti puasa ramadhan maka hukumnya tetap wajib jika kondisi yang berbahaya tidak terjadi.
Pada poin ke-6 terkait macam puasa makruh yaitu puasa pada hari syakk yaitu yang bertepatan dengan satu atau dua hari sebelum Ramadhan dan puasa yang dilakukan pada separuh kedua bulan sya’ban maka hukumnya adalah makruh, hal tersebut berlaku terutama untuk kalangan ulama syafi’i berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yaitu :
لا يتقدَّمنَّ أحدُكم رمضانَ بصوم يوم أو يومين إلا أن يكون رجل كان يصوم صومَه، فليصم ذلك اليوم
Artinya, “Janganlah salah seorang kalian mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari kecuali seseorang yang biasa menunaikan puasanya. Maka berpuasalah pada hari itu,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ketika umat muslim ingin menjalankan puasa pada hari jumat, apalagi puasa tersebut memang dikhususkan di hari jumat maka hukum dari puasa tersebut adalah makruh. Begitu pula dengan puasa yang di khususkan di hari sabtu dan minggu juga bersifat makruh, karena menyerupai umat nasrani dan umat yahudi yang mengagungkan hari sabtu dan minggu. Maka apabila ingin berpuasa di hari jumat, sabtu, atau minggu maka harus dibarengi puasa di hari sebelumnya supaya tidak menyerupai ibadah umat lain.
Puasa asyura yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW yaitu puasa sunnah di tanggal 10 Muharram, puasa tersebut hendaknya dilakukan sehari sebelum atau setelahnya agar tidak sama dengan puasa asyura yang dilaksanakan oleh umat yahudi.
Selanjutnya puasa sunnah yang bisa menjadi macam puasa makruh hukumnya yaitu puasa sunnah yang dilaksanakan namun masih memiliki tanggungan qadha puasa wajib, maka baiknya adalah tunaikan terlebih dahulu qadha puasa wajib baru melaksanakan puasa sunnah.
Penjelasan diatas adalah macam macam puasa makruh yang wajib diketahui oleh semua umat muslim, agar tidak ada kekeliruan dan mengurangi pahala puasa tersebut.
Baca Juga : Berikut 4 Keutamaan Puasa Syawal yang Harus Kamu Ketahui