BERITAISLAM.COM – Kumail bin Ziyad merupakan sahabat Rasulullah yang telah masuk islam sejak kecil. Ia merupakan sahabat terdekat Ali bin Abi Thalib yang banyak belajar dari kehidupannya.
Ali bin Abi Thalib kerap memberikan nasihat kehidupan kepada Kumail bin Ziyad. Tiga pokok nasihat ini mampu menjadi penuntun kehidupan generasi masa kini. Simak artikel di bawah dengan seksama!
Singkat Biografi Kumail bin Ziyad
Kumail bin Ziyad an-Nakha’i lahir pada tahun 633 dan tinggal di Kufah. Ia merupakan putra Ziyad bin Nahik dari suku Nakha’. Seorang bangsawan yang memiliki kedudukan kala itu.
Kumail bin Ziyad merupakan pemuka kabilah yang sangat ditaati dan diikuti oleh pengikutnya. Di antara pengikut Kufah yang tekun beribadah adalah Kumail bin Ziyad.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, Kumail bin Ziyad diasingkan ke Syam sebab berbicara kasar pada gubernurnya, Said bin al-Ash. Namun setelah pergantian khalifah Ali bin Abi Thalib, Kumail termasuk sahabat yang ikut serta bersamanya dalam pertempuran Shiffin.
Kemudian Ali bin Abi Thalib mengangkatnya sebagai gubernur Al-Jazariyah setelah berhasil menguasainya. Kumail bin Ziyad memiliki peran penting dalam melawan pasukan Muawiyah bin Abu Sufyan yang hendak menyerang wilayahnya.
Wasiat Ali bin Abi Thalib Kepada Kumail
Suatu masa, Ali bin Abi Thalib menggandeng tangan Kumail bin Ziyad, membawanya berjalan menuju padang pasir, Al-Jabban. Pada masuk waktu malam Ali bin Abi Thalib berkata,
“Wahai Kumail bin Ziyad, hati ini laksana bejana, dan hati yang baik adalah yang paling bisa menampung isi hati. Ingatlah perkataanku ini bahwa manusia itu ada tiga macam. Seorang alim yang rabbani, seorang yang belajar karena mengharapkan keselamatan, dan orang yang tidak mendapatkan pelajaran dengan berperilaku seperti binatang.
Yang mengikuti ajakan orang dan berubah-ubah sikapnya sesuai arah mata angin. Mereka tidak mendapatkan pencerahan dengan cahaya ilmu pengetahuan. Mereka juga tidak berlindung ke tempat berlindung yang kokoh.”
Ali bin Abi Thalib kembali memberikan pesan kepada Kumail bin Ziyad, “Ilmu pengetahuan lebih baik dari harta. Karena ilmu pengetahuan mampu menjagamu, sementara harta harus engkau jaga.
Harta akan berkurang dengan diberikan kepada orang lain, sedangkan ilmu pengetahuan akan semakin kuat dengan diberikan kepada orang lain. Demikian juga dengan ilmu pengetahuan adalah yang berkuasa, sedangkan harta adalah yang dikuasai.
Kecintaan pada orang lain adalah agama yang harus dijalankan. Ilmu pengetahuan membuat orang yang alim menjadi berlaku taat dalam kehidupannya, dan menjadi orang yang dibicarakan dengan baik setelah kematiannya.
Para penimbun harta adalah orang yang mati saat mereka masih hidup. Sementara para ulama terus hidup sepanjang masa meski raga mereka telah tiada namun sosoknya masih terjaga dalam hati.”
Sekali lagi Ali bin Abi Thalib berkata, “Ya Allah, benar sekali, engkau dapati orang yang berpemahaman tidak sempurna. Menggunakan agama untuk kepentingan dirinya. Memamerkan kenikmatan Allah pada hamba lainnya.
Keraguan mulai merebak dalam hatinya. Dia tidak berpegang pada ke sana juga tidak ke sini. Atau dia tenggelam dalam kelezatan sehingga dengan mudah ia tergelincir untuk mengikuti syahwat. Ia tertipu untuk mengumpulkan harta dan menyimpannya.”
Secara garis besar, nasihat Ali bin Thalib kepada Kumail bin Ziyad ini menjabarkan mengenai hati, ilmu, dan harta. Seakan hati menjadi sumber penggerak utama dalam menjalankan setiap kebaikan.
Mengisi hati dengan kebaikan seakan menjadikan seseorang mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari. Hal ini juga akan berlaku dalam pengelolaan harta yang bermanfaat di jalan Allah.
Di samping itu, Ali bin Abi Thalib juga mengajarkan bahwa tidaklah ada yang lebih penting selain ilmu pengetahuan. Ketika seseorang berhasil memahami suatu ilmu, maka akan lebih mudah baginya untuk mengatur kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Ilmu bukan tentang apa yang dipelajari sebatas materi dan buku bacaan, namun juga mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ilmu pengetahuan seseorang tidak akan mudah tenggelam dalam kenikmatan dunia yang semu.
Pembelajaran terakhir mengenai harta. Seseorang itu mampu masuk surga dengan wasilah hartanya, adapun harta juga mampu menjerumuskan manusia pada neraka. Dari sinilah ilmu dibutuhkan sebagai penuntun manusia pada pilihan yang bijak dalam menggunakan harta.
Sekilas nasihat Ali bin Abi Thalib kepada Kumail bin Ziyad diharapkan mampu memberikan nasihat dan pandangan hidup lebih baik kedepannya. Semoga bermanfaat!