BERITAISLAM.COM – Dari sekian banyak praktik hidup yang kamu jalani saat ini, adakah kegiatan yang membuatmu memisahkan ajaran Islam dengan aktivitas tersebut? Sekulerisme dan Islam memang sejatinya tidak bisa berjalan beriringan. Kedua konsep tersebut memiliki cara pandang yang bertentangan. Lantas, apakah Sekuleriske dan Islam benar tidak bisa berjalan beriringan? Simak ulasan berikut!
Pengertian Sekulerisme
Pengertian Sekulerisme merupakan isme yang berasal dari kata saeculum dari bahasa Latin dan memiliki arti “periode besar waktu”atau “spirit zaman”. Secara istilah, saeculum berkembang menjadi kata secularism yang berarti adanya sifat keduniaan (worldly), ono agama (irreligious), dan non spiritual (mundane). Istilah ini memunculkan lawan kata dari sekulerisme, yaitu suci (holy), hal-hal yang bersifat keagamaan (religious), wakil dari langit (vicegerent of God), dan hal-hal di luar hukum ala (unearthy transcendental).
Sekulerisme menurut kamus Oxford adalah doktrin bahwa moralitas harus semata-mata didasarkan pada penghargaan atas umat manusia dan kehidupan, dengan membuang semua pertimbangan yang diambil dari keyakinan pada Tuhan atau hari akhirat. Pengertian Sekulerisme inilah yang membuat ideologi ini tidak bisa berjalan beriringan dengan Islamic Value.
Bisakah Sekulerisme dan Islam Berjalan Beriringan?
Sekulerisme dan Islam adalah dua hal yang tidak bisa bersatu, sebab ideologi Sekulerisme berusaha memisahkan cara pandang Islam yang selalu melingkupi segala hal. Hal ini menjadi jawaban atas pertanyaan “Bisakah Sekulerisme dan Islam berjalan beriringan?”
Sekulerisme akan menuntun penganutnya untuk memisahkan value iman yang ada dalam dirinya. Cara pandang sekuler akan membuat seseorang mengutamakan kepentingan dunia hingga lupa dengan hal-hal yang ada dalam akhirat.
Tak heran jika keserakahan orang yang menerapkan ideologi Sekulerisme akan menjadikan dunia sebagai parameter kebahagiannya dan tujuan untuk terus diraih. Hal ini tidak sejalan dengan konsep dalam syariat Islam yang membuat setiap muslim selalu memiliki fokus terhadap akhirat, bahkan dalam mengerjakan pekerjaan paling sederhana sekalipun.
Dalam sebuah hadis riwayat Al Bukhari, Al Jihad (2883) dijelaskan bahwa sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ini tepat untuk dilabelkan pada para sekuler. “Celakalah budak dinar, budak dirham dan budak khamishah (sejenis pakaian terbuat dari sutera atau wol, berwarna hitam dan bertanda); jika diberi, dia rela dan jika tidak diberi, dia mendongkol. Celaka dan merugilah (sia-sialah) dia dan bila duri mengenainya, maka dia tidak mengeluarkannya.” (Al Bukhari, Al Jihad (2883))
Dalam penerapannya di kehidupan nyata, ternyata banyak muslim yang kurang nyaman dengan penerapan Sekulerisme. Ajaran Islam yang sejak kecil kamu jalani ini akan menjadi dasar mengapa dalam menjalani hidup sehari-hari kamu kesulitan untuk memisahkan nilai-nilai Islam di dalamnya.
Ulama dan filsuf terkemuka dari mesir seperti Sayyid Qutub mendefinisikan Sekulerisme sebagai pembangunan struktur kehidupan tanpa dasar agama. Adanya ideologi Sekulerisme ini muncul pada era imperialisme atau penjajahan yang membawa banyak konsep dan gaya hidup negara-negara barat. Tak heran, jika kiblat Sekulerisme yang kental terasa dan bisa dilihat jelas saat ini adalah negara-negara di Barat.
Akhirnya, Sekulerisme dan Islam memang tidak bisa berjalan beriringan. Mengingat banyak syariat Islam yang akan dengan jelas terasa manfaatnya jika dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang membuat Sekulerisme tidak akan pernah sejalan dengan Islam, bahkan berjalan beriringan. Wallahu’alam.
Baca Juga: Kedudukan Akal dalam Pandangan Islam