BERITAISLAM.COM – Kesulitan amal sebanding dengan pahala adalah konsep yang jarang dibahas oleh kaum muslimin. Menjalankan sebuah amal baik memang memiliki tantangan tersendiri. Setiap amal pun pasti memiliki tingkat kesulitannya sendiri dan hal itu biasanya sebanding dengan keutamaan yang Allah berikan pada pelakunya.
Hal semacam itu kemudian sering menjadi konsep yang banyak dipahami muslim bahwa “amal yang berat biasanya memiliki pahala yang besar”. Lalu, apakah konsep tersebut benar? Mari kita ulas masalah tersebut dalam artikel “Apa benar kesulitan amal sebanding dengan pahala?” berikut ini!
Konsep kesulitan amal sebanding dengan pahala
Ada sebuah ungkapan yang menjelaskan bahwa الثَّوَابُ عَلَى قَدْرِ المَشَقَّة “Pahala itu sesuai dengan kadar kesulitan (yang dihadapi).” Sayangnya, kebenaran konsep tersebut belum tervalidasi sepenuhnya. Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa “Perkataan ini tidak sepenuhnya lurus dan benar. Sebagaimana sebagian kelompok memanfaatkannya (ucapan tersebut) untuk dijadikan dalil (bolehnya) berbagai macam bentuk praktik keagamaan berupa tindakan menjauhi segala hasrat keduniawian dan ibadah-ibadah lainnya yang mengandung unsur ke-bid’ah-an, seperti yang dilakukan kaum musyrikin dan selainnya dari perbuatan mengharamkan sesuatu yang Allah halalkan dari hal-hal yang baik. Juga seperti sikap terlalu mendalami sebuah urusan ataupun terlalu ketat dan berlebih-lebihan dalam perkara yang tidak seharusnya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Celakalah orang yang berlebih-lebihan (dalam agama). Nabi mengatakannya sebanyak tiga kali.” (H.R. Muslim no. 2670)
Sementara ucapan “pahala itu sesuai dengan kadar ketaatan”, maka sebenarnya bisa jadi ketaatan manusia pada Allah dan Rasul ada pada amal yang mudah dilakukan. Seperti kemudahan yang Allah berikan pada pemeluk agama Islam lewat syarat dua kalimat syahadat yang menjadi amalan yang paling utama untuk masuk ke dalam Islam.
Di sisi lain, bisa jadi sebuah amal itu berat dilakukan, tapi makna keutamaannya bukan didasarkan pada arti dan makna dari rasa berat tersebut. Kesabaran dalam menjalankannya, rasa letih dalam menunaikannya yang akan menambah pahala, seperti orang-orang yang datang dari tempat yang jauh untuk berhaji atau umrah. Orang-orang semacam itu akan mendapat pahala yang lebih besar dari mereka yang datang dari tempat yang dekat dan hal ini menjadi penjelasan tambahan dari konsep kesulitan amal sebanding dengan pahala.
Simpulan
Pada dasarnya Islam adalah agama yang memudahkan dan syariat menghapuskan belenggu rasa sulit serta berat. Syariat Islam tidak menginginkan adanya rasa berat dan sulit bagi seorang hamba ketika menjalankan amalan-amalan di dalamnya.
Oleh karena itu, apabila seorang muslim melaksanakan sebuah amal, kemudian amal tersebut menyebabkan perasaan berat dan susah yang tidak dibuat-buat dan tidak disangka-sangka, atau tidak ada jalan bagi orang tersebut untuk melaksanakan amal, kecuali harus menerjang sebuah kesulitan dan rasa berat. Maka Allah dengan kemuliaan dan keutamaan tidak akan menghalangi dari pahala karena adanya rasa berat yang timbul bukan karena pilihannya tersebut. Inilah yang menjadi penjelasan lanjutan dari kesulitan amal sebanding dengan pahala.
Sejatinya setiap perjuangan sebelum, saat, hingga sesudah sebuah amal dilakukan memiliki keutamaannya masing-masing dan memiliki landasan dalil penguatnya. Satu hal yang paling disukai Allah adalah amal yang dikerjakan secara terus menerus dan kontinyu dengan penuh kesadaran, kelapangan, dan perasaan berserah hanya untuk Alah amalnya dipertanggung jawabkan.
Jadi, apakah benar kesulitan amal sebanding dengan pahala? Jawabannya adalah hanya Allah yang bisa menilai berapa skor atau berapa pahala dan keutamaan yang diraih seorang hamba atas amal yang dilakukannya. Sebab niat juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada penilaian pahala sebuah amal yang dilakukan seorang hamba.
Wallahu a’lam bisshawab
Baca Juga: Insecurity dan Pandangan Islam Tentangnya