Beritaislami.com – Pada zaman dinasti Bani Umayyah, lahir seorang ulama muslim yang sangat terkenal di bidang fiqih, salah satu karyanya yang terkenal dan masih menjadi rujukan para cendekiawan adalah Al-Muwaththa. Beliau adalah Imam Malik bin Anas.
Kitab Al-Muwaththa yang beliau buat berisikan 5.000 hadist shahih, yang dikumpulkan bersama para sahabatnya. Di samping itu, Imam Malik bin Anas juga terkenal dengan spesialis ilmu fiqih dan hadist yang karenanya itu dia mendirikan Mazdhab Maliki.
Biografi Singkat Imam Malik bin Anas
Menurut para ahli ulama beliau lahir pada tahun 93H di Madinah Al Munawwarah. Ia melihat jejak para sahabat dan Tabi’in, disamping beliau mendapatkan bekas-bekas peninggalan Nabi Saw dan berbagai tempat-tempat penting. Hal telah berpengaruh dalam pola pikir, pemahaman fiqih, dan kehidupannya.
Madinah merupakan pusat cahaya, sumber pengetahuan ilmu, dan mata air ilmu. Nasab Imam Malik bin Anas tehubung kepada kabilah di Yaman, yakni Dzu Ashbah. Ibunya bernama Aliyyah binti Syuraik Al Azdiyyah. Ayah dan ibunya merupakan orang Arab dari Yaman.
Imam Malik bin Anas berkembang di sebuah wilayah yang sibuk dengan ilmu riwayat dan di wilayah yang kental dengan ilmu riwayat dan hadist. Kakeknya, Malik bin Abi ‘Amir, terutama salah satu Tabi’in lama. Ia meriwayatkan dari Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Ummul Mukminin Aisyah ra.
Terutama yang meriwayatkan dari beliau adalah anaknya sendiri, Anas Abu Malik sang Imam, Ra’bi, dan Nafi’ yang julukannya adalah Abu Suhail. Hanya saja seperti Ayahnya, Anas sepertinya tidak terlalu fokus dengan ilmu hadist. Biar walaupun demikian keilmuannya,
namun paman-paman dan kakek beliau sudah sangat mencukupi. pangkat mereka dalam ilmu sudah cukup untuk membuat sebuah keluarga yang terkenal dengan keilmuannya. Sebelum Malik, ada juga salah satu saudaranya yang menuntut ilmu terlebih dahulu, yakni Nadhar. Ia pernah belajar dari para ulama terkenal pada zamannya.
Awal Mendalami Ilmu
Imam Malik seorang diri telah mengahafal Al Qur’an sejak usia dini, begitu juga hal itu cenderung menjadi kebiasaan rata-rata keluarga umat Islam pada umumnya, seperti itu beliau fokus beralih kepada hafalan hadist. Ia mendapatkan support dari kawasannya dan penyemangat serta motivasi dari orang-orang Madinah.
Ketika beliau berbicara tentang niat dalam hati kepada ibunya bahwa ia ingin sekali pergi untuk menulis ilmu. Maka ibunya pun mendukungnya dengan memakaikan beliau serban dan pakaian terbaik, lalu berkata, “Sekarang pergilah dan tulislah!” Ia juga berkata, “Pergilah kepada Rabi’ah dan belajarlah adab darinya sebelum ilmunya.” dikutip dari ( Al Madarik hal.115 )
pada awalnya, ia belajar kepada Ibnu Hurmuz dan darinyalah beliau menggunakan ilmu tentang perbedaan ditengah manusia dan sanggahan terhadap para pengikut hawa nafsu. Tuntunan dan Akhlaknya sangat berpengaruh terhadap karakter beliau, sampai beliau mengatakan, “Aku mendengar Ibnu Hurmuz berkata bahwa seorang ulama hendaknya mewariskan kepada para muridnya perkataan ‘saya tidak tahu’ sampai perkataan tersebut menjadi dasar yang menjadi rujukan mereka.
Seperti ketika ada salah seorang dari mereka yang ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahui, maka ia bisa menjawab, ‘saya tidak tahu’. “Ibnu Wahb berkata bahwa kebanyakan pertanyaan yang diajukan kepada Malik dijawab dengan, “Saya tidak tahu”. Ia menuntut ilmu kepada Nafi’, Maula ( budak yag telah dibebaskan ) Ibnu Umar.
Keseriusan Beliau Menuntut Ilmu
Imam Malik bin Anas menceritakan, “Aku mendatangi Nafi’ di siang hari tanpa ada pohon tempat aku berteduh dari teriknya matahari, sedangkan itu aku menanti-nanti beliau keluar. Tatkala beliau keluar, aku membiarkannya beberapa saat seolah-olah aku tidak melihatnya.
Barulah kemudian aku mengucapkan salam lalu aku membiarkan ia pergi. Ketika beliau masuk, barulah aku bertanya kepada beliau, ‘Bagaimana pendapat Ibnu Umar tentang ini dan itu?’ Selanjutnya beliau menjawab pertanyaanku, lalu aku menahan beliau karena beliau orangnya agak keras”. dikutip dari Ad-Dibaja Al-Madzhab ( hlmn.117 ).
Ia belajar kepada Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri. Diriwayatkan dari beliau bahwa pernah berkata, “Aku berhari raya, maka aku berkata, ‘Hari ini merupakan waktu dimana Ibnu Syihab sedang kosong,’ maka aku segera pergi dari tempat salat ied lalu menuggu di pintu rumah beliau.
Aku mendengar beliau berkata kepada pelayannya, ‘lihatlah siapa yang didepan pintu’.
Kemudian dia melihat dan aku mendengar beliau berkata, ‘Si murid emas anda, Malik.
Beliau berkata, ‘Suruh dia masuk’.
Setela itu aku masuk, berikutnya beliau berkata, ‘sepertinya kamu belum pulang kerumahmu’.
Aku menjawab, ‘Belum’ beliau membalas, ‘makanlah dulu’.
Aku merespon, ‘saya tidak butuh itu’.
Beliau berkata kepadaku, ‘kemarilah, maka aku keluarkan lembaran milikku kemudian beliau mengabarkan kepadaku sebanyak 40 hadist.
Sesudah itu, aku berkata, ‘lagi’. Beliau berkata, ‘Cukup, sebab kalau kamu meriwayatkan hadist-hadist itu, maka kamu sudah menjadi seorang penghafal hadist.
Aku berkata, ‘Aku sudah meriwayatkan semua, ‘lantas beliau mengambil lembaran dari tanganku, lalu berkata, ‘kalau begitu, riwayatkan kepadaku!’
Maka aku meriwayatkan kepada beliau, lalu mengembalikan lembaranku sambil berkata, ‘pergilah, kamu itu salah satu wadah ilmu”.
Seorang ahli riwayat berkata, “Imam bagi manusia sesudah Umar merupakan Zaid bin Tsabit, dan sesudah itu adalah Abdullah bin Umar. Perkiraan ada 21 orang yang belajar kepada Zaid bin Tsabit, lalu keilmuan mereka terkumpul pada tiga orang: yakni Ibnu Syihab, Bakir bin Abdullah, dan Abu Zinad, sementara ilmu mereka bertiga terkumpul pada Malik bin Anas.” Al Madarik ( hal.68 ).
Wafatnya Beliau
Kebanyakan para perawi menyatakan bahwa wafatnya beliau pada tahun 179 H. Semoga Allah Swt merahmati Imam Malik bin Anas dan semua umat Islam. Silahkan lihat dalam kitab “Malik Hayatuhu wa Ashruhu, Ara’uhu wa Fiqhuhu” karyanya Syaikh Muhammad Abu Zahrah. wallahu’alam bishawab.
Baca juga: Mengenal Khalid bin Walid, Seorang Panglima Perang
Baca juga: Inilah Profil Imam Bukhari, Penghimpun Kitab Hadits Paling Shahih