Beritaislam.com – Pada zaman dahulu ada seorang sahabat Nabi bernama Julaibib ra. Ia lahir di dunia tanpa mengenal siapa kedua orang tuanya dan dia tidak tahu nasabnya. Bagi warga pada zaman itu orang yang tidak mempunyai nasab jelas adalah suatu aib. Disebutkan dalam kisah Julaibib mempunyai tampilan tubuh yang bisa dibilang kurang bagus, sampai karena fisik nya itu jarang ada orang yang mau mendekatinya.
Julaibib merupakan orang yang sangat bertaqwa dan beriman kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw, ia juga salah satu mujahid yang berjuang untuk agama Islam. Meskipun banyak orang yang menjauhi dia tapi tidak dengan Rasulullah Saw. Julaibib sangat dicintai oleh Rasulullah Saw sebab ketakwaan yang ada padanya.
Rasulullah Saw Meminang, untuk Sahabatnya Julaibib
Suatu hari Rasulullah Saw ingin menikahinya dengan salah satu sahabat Anshar. Maka Rasulullah mengunjungi rumah sahabat Anshar dan berkata: “Nikahkanlah putrimu denganku”. Mendengar perkataan Rasulullah Saw, sahabat jadi tanpa pikir panjang lansung menerimanya. Satu kesempatan yang sangat berharga, dan satu kebanggaan tak ternilai ketika terjalin hubungan dengan Rasulullah Saw. Akan tetapi, Rasulullah Saaw menerangkan bahwa lamaran ini bukan untuk dirinya.
“Kalau begitu lamaran ini untuk siapa ya Rasulullah Saw?” katanya dengan penasaran.
Beliau menjawab: “Untuk Julaibib ra”, dengan penuh kebingungan sahabat itu menjawab: “Baiklah ya Rasulullah Saw! Tetapi aku harus bertanya terlebih dulu dengan istriku”. Pergilah sahabat ini menemui istrinya dan bertanya. Terlintas di pikirannya, apa kata orang kalau putriku menikah dengan Julaibib ra! Bagaimana dengan martabat keluarganya?
Setelah bertemu dengan istrinya dia pun menceritakan lamaran dari Rasulullah Saw. Dia berkata: “Wahai istriku sesungguhnya Rasulullah Saw meminang putrimu,” langsung saja istrinya menjawab: “iya, aku sangat setuju”. “Akan tetapi Rasulullah tidak melamar untuk dirinya,” terang sang suami. “Lantas untuk siapa lamaran tersebut,” tanya sang istri dengan kebingungan.
“Rasulullah Saw melamarnya untuk Julaibib ra” kata sang suami. Istrinya menjawab : “untuk Julaibib ra? Tidak! Aku tidak setuju. Jangan kamu nikahkan putri kita kepadanya!”. Mereka tidak mau mempunyai menantu seperti Julaibib ra yang tidak mempunyai apa-apa. Sesuai dengan keadaan sebagian orang tua yang terkadang mengutamakan dunia daripada agama, sebab mereka ingin yang terbaik untuk putrinya.
Percakapan itu ternyata didengar putrinya. Terus bagaimana sikap putrinya ketika dia mendengar bahwa dirinya lamaran dari Rasulullah Saw? Tak disangka, ketika ayahnya mau pergi menolak lamaran Rasulullah Saw, terdengar dari suara kamar: “Siapakah yang telah melamarku ayah?” Sang ibu kemudian menceritakan kalau yang melamar adalah Rasulullah Saw, tapi lamaran itu bukan untuk beliau melainkan untuk Julaibib.
Putrinya menjawab dengan tegas: “Apakah kalian menolak perintah Rasulullah Saw? Tidakkah kalian mendengar firman Allah Swt.
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasulnya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. ( Q.S Al Ahzab ayat 33-36 ) Setujuilah lamaran itu, sebab ia tidak akan menyia-nyiakanku. Ketahuilah, aku tidak akan menikah kecuali dengan Julaibib ra!”
Mendengar jawaban putrinya, maka pergilah ayahnya menghadap Rasulullah Saw. Perempuan shalihah ini tidak melihat calon suaminya, kecuali dengan pandangan agama. Ia sangat paham bahwa kemuliaan dan kebahagiaan hidup seseorang hanyalah dengan ketakwaan kepada Allah Swt. Itulah sikap seorang yang beriman, perintah Rasulullah Saw selalu diutamakan dari keinginan pribadinya. Dia yakin keputusan dari Rasulullah Saw adalah yang terbaik.
Istri Shalihah atau Berjihad!
Tak terkatakan oleh Julaibib mendapat istri yang shalihah akan segera menjadi pendamping hidupnya, kehidupan baru akan segera ia jalankan. Tapi, semua angan-angan itu serasa hilang, ketika panggilan jihad digaungkan. Sebab pada saat yang bersamaan, Rasulullah Saw memerintahkan kepada kaum muslimin agar berjihad di jalan Allah Swt. Ia bingung mana yang harus ia pilih antara istri shalihah atau mati syahid? Akhirnya, ia pun memilih berperang karena kerinduannya terhadap masti syahid di medan perang.
Maka pergilah Julaibib menuju medan perang, ia tinggalkan calon istrinya yang shalihah dan kebahagiaan yang akan diperoleh, demi menyambut panggilan Rabbnya, yakni berjihad di jalannya. Sudah menjadi rutinitas Rasulullah Saw memberi perhatian kepada para sahabatnya usai berperang. Umumnya beliau menanyakan siapa saja yang syahid dalam medang perang.
Wafatnya Julaibib Dinanti Para Bidadari
Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabatnya: “Fulan bin fulan, wahai Rasulullah Saw”. Mereka tidak menyebutkan nama yang dicari Rasulullah Saw, yakni Julaibib ra. Maka Rasulullah kembali bertanya kepada para sahabat, dan jawaban mereka sama. Lalu beliau berkata: “Sesungguhnya aku telah kehilangan salah seorang sahabatku, Julaibib, carilah ia!”
Para sahabat segera mencari jasad Julaibib ra dan mereka mendapatkan jasadnya terkapar. Di sekelilingnya tampak tujuh jasad orang kafir, segera para sahabat menginformasikan kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw mendekati jasadnya, beliau berdiri di sebelahnya dan bersabda: “Dia telah membunuh tujuh orang ini, kemudian mereka membunuhnya, sesungguhnya ia adalah aku, dan aku adalah dia”.
Rasulullah mengucapkan sebanyak tiga kali, kemudian dengan lemah lembut dan kasih sayang beliau mengangkat jasadnya dan menyandarkan di lengannya. Para sahabat sedang mempersiapkan kuburan untuknya, dan Rasulullah Saw terus menyandarkan jasad Julaibib ditangannya, sampai akhir ia di makam kan.
Itulah kisah Julaibib ra dan akhir kehidupannya, beliau menutup kematiannya dengan mati syahid di medan perang
Baca Juga: Kisah Dzulqarnain: Sang Penakluk Timur dan Barat
Baca Juga: Kisah Imam Ahmad bin Hanbal dan Keajaiban Istighfar Penjual Roti
Baca Juga: Kisah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani: Sang Sulthonul Auliya