Beritaislam.com – Kisah-kisah umat pada zaman dahulu sering kali diceritakan dalam Al-Qur’an. Hal ini tidak lain bertujuan untuk umat manusia dapat mengambil hikmah dari kejadian pada zaman dahulu. Salah satu cerita di zaman dulu, orang shalih dalam Al-Qur’an adalah kisah Dzulqarnain. Rangkaian Cerita tentang Dzulqarnain tercantum pada surah Al-Kahfi ayat 83-101. Ibnu Katsir ia juga menerangkan kisah ini dalam kitabnya yang bertajuk Lubaabul Tafsir Min Ibni Katsir.
Sosok Dzulqarnain: Penjaga Keimanan
Al-Qur’an tidak menerangkan secara jelas sosok siapa Dzulqarnain serta lokasi tinggalnya. Penjelasan sebagian ulama pun berbeda-beda. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa Dzulqarnain merupakan sesosok raja karena merujuk pada hadist yang bersumber dari Ibnu Ishaq.
Sebagian berpendapat bahwa Dzulqarnain ini merupakan Iskandar Al-Maqduni ( Alexander dari Makedonia ). Ada juga yang mengatakan bahwa dia merupakan raja dari Himyar sebab penyebutan Dzu. Tapi dua argumen pertama menerima banyak kritik dan tertolak sebab bersanad lemah. Pendapat terakhir yang kuat menyebutkan bahwa Dzulqarnain merupakan raja dari Persia yang bernama Koresy seperti yang disebutkan Ibnu ‘Asyur.
Terungkai dari berbagai macam perbedaan pendapat mengenai kisah Dzulqarnain, sifat-sifat luhurnya perlu kita kupas. At-Thabari mencatat pendapat dari atsar sebagaimana pula yang dicatat Hifnawi dari Hamid Utsman bahwa Sayyid Ali pernah ditanya perihal kisah Dzulqarnain, apakah ia seorang nabi ataukah malaikat? lalu Ali pun menjawab “Bukan nabi, dan bukan malaikat, dia merupakan seorang hamba yang shalih, yang menyeru kaumnya kepada Allah Swt, lalu mereka melukai kepalanya, kemudian ia menyeru lagi, namun mereka melukai kepala yang sebelah lagi”.
Menurut Ibnu Katsir Dzulqarnain merupakan seorang raja yang adil dan bijaksana yang telah mengembara bumi bagian timur dan barat. Ia merupakan seorang mukmin yang mnenyebarkan agama Allah Swt. Ia mengajak penduduk negeri-negeri yang ditundukkannya unutuk beriman kepada Allah Swt.
Diberikan Ilmu dan Kekuasaan
Suatu hari ketika dalam perjalanan ia sampai pada belahan bumi bagian Barat dan ia melihat suatu kaum. Lalu Allah pun mengihalmi Dzulqarnain apakah akan menghukum mereka siksaain atau berbuat baik. Sebab Dzulqarnain diberikan Allah Swt ketajaman siyasah syar’iyyah, ia pun membuat dua keputusan pada dua kaum tersebut. pada kaum yang berbuat kerusakan akan dihukum dan dikembalikan pada Tuhannya, di mana mereka akan diazab sangat pedih.
Sedangkan orang yang beriman dan bermal shalih, ia akan mendapatkan balasan yang baik, dan mereka akan mendapatkan kemudahan-kemudahan. Cerita ini termuat dalam surah Al-Kahfi:85-88 menunjukkan kebijaksanaan Dzulqarnain dalam mengambil keputusan sesuai syara’ serta ketaqwaan dalam menjalankan perintah Allah Swt.
Kisah Dzulqarnain setelah itu meneruskan perjalanan di bagian bumi lain yang di dalam Al – Qur’an dikatakan Baina Al – Saddain ( suatu tempat di wilayah di antara dua gunung yang sama tingginya ). Disana beliau bertemu dengan suatu kaum yang hidup ketakutan sebab ancaman suatu kelompok yang bernama Ya’juj dan Ma’juj seperti yang disebutkan dalam Qur’an surah Al-Kahfi ayat 94.
Bedasarkan Al-Alusy Ya’juj dan Ma’juj merupakan orang-orang yang membuat kerusakan di bumi, negeri kami, dengan membunuh dan merampas makanan apapun yang ada di dunia ini Ruh al-Ma’any (26/39). Kaum yang terdzolimi tersebut mengeluh kepada Dzulqarnain tentang perihal Ya’juj dan Ma’juj ini dan memintanya untuk membuat tembok pemisah atau pembatas di antara mereka.
Dzulqarnain pun akhirnya menerima permintaan kaum tersebut. Hal ini semata-mata sebab sifat-sifat yang mulianya ingin memperbaiki kerusakan yang ada di bumi, dan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt atas kekuasaan yang diberikan kepadanya seperti yang telah diterangkan dalam surah Al Kahfi ayat 95-97.
Allah Swt memberikan kekuasaan kepada Dzulqarnain untuk membuat dinding penghalang menggunakan teknologi dan ilmu. Dinding penghalang itu terbuat dari besi yang dipanaskan dengan api yang mendidih. Dengan ilmu tersebut dinding yang sudah jadi sangatlah kuat ssampai-sampai ketika Ya’juj dan Ma’juj tidak bisa keluar ataupun melubanginya sampai hari kiamat nanti dan bumi menjadi hancur. Mereka tidak bisa menuju negeri lain, karena dinding tersebut jalan satu-satunya.
Meski Dzulqarnain telah berhasil mengerjakan project besar ini, tidak lantas ia sombong justru ia merasa rendah hati sebab dia tidak mau diupah meski beliau ditawari upah yang banyak. Ia merasa bahwa segala sesuatu yang diapunya hanya titipan Allah Swt semata dan akan hancur atas kehendaknya. Sebagaimana yang difirmakan Allah Swt dalam surah Al Kahfi ayat 98-101 bahwa semua yang ada di dunia akan musnah pada hari ditiupnya sangkakala.
Baca Juga: Kisah Imam Ahmad bin Hanbal dan Keajaiban Istighfar Penjual Roti
Baca Juga: Kisah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani: Sang Sulthonul Auliya
Baca Juga: Jalaluddin Al – Mahalli: Ulama Besar Dan Ahli Tafsir
Baca Juga: Shafiyah binti Huyay, Sosok Wanita Mulia di Sisi Nabi Muhammad SAW