Beritaislam.com – Apa yang kalian pertama pikirkan setelah mendengar kisah Masyitah? Tukang sisir putri Fir’aun atau pelayan putri Fir’aun, benar. Di Mesir ribuan tahun silam menjadi saksi bersejarah tentang kehidupan seorang wanita bernama Masyitah yang hatinya dipenuhi keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Saat ini Mesir sedang dikuasai Fir’aun yang kejam. Ia memaksa seluruh warganya untuk menyembahnya. Allah Swt telah mengutus Nabi Musa untuk menyelamatkan Bani Israil dari kekejaman Fir’aun. Tapi, Fir’aun sangat bengis sampai-sampai mereka yang beriman begitu takut untuk memperlihatkan keimanannya kepada Allah Swt. Salah satu orang yang menyembunyikan keimanannya tersebut ialah seorang perempuan bernama Masyitah beserta keluarganya.
Masyitah adalah salah satu pelayan di istana. Dia bekerja sebagai tukang sisir putri Fir’aun. Sejak bertahun-tahun lamanya, keluarga Masyitah setia mengabdi di istana. Ketika agama Ibrahim masuk ke wilayah Mesir dan disampaikan oleh Nabi Musa a.s, mereka mengikutinya. Tapi, tidak ada yang tahu tentang keimanannya Masyitah, termasuk sang raja.
Terungkapnya Keimanan Masyitah dan Keluarga
Sampai suatu hari, tibalah saat Allah Swt menguji keimanan Masyitah beserta keluarganya. Waktu itu Masyitah tengah menyisir rambut putrinya Fir’aun. Tiba-tiba sisir ditangannya terjatuh, tanpa sadar dia mengucapkan asma Allah secara spontan “Allah!”. Mendengarnya, putri Fir’aun kaget. Dia pun segera menanyai Masyitah, “siapakah Allah itu?”. Kalau Allah itu Tuhanmu, maka berarti kamu siap dihukum mati karena telah menentang Fir’aun, bapaknya.
Masyitah tak juga segera menjawab pertanyaan sang putri. Keringat dingin terus menetes, tubuhnya gemetar. “Siapakah Allah itu? Mengapa kamu tak menjawab! Apakah kamu punya tuhan selain bapakku?” seru sang putri. Masyitah terus diam, tapi sang putri terus memaksa Masyitah menjawab. Sampai keberanian pun datang dari diri Masyitah. Ia tahu betul, bahwa inilah saat keimanannya hendak diuji Allah Swt.
Masyitah menjawab “Allah adalah tuhanku, tuhan bapakmu, dan tuhan semesta alam,” Mendengar itu sang putri segera bergegas pergi dari tempat duduknya pergi menuju kediaman sang ayah. Dia segera melaporkan apa yang baru saja didengar dari mulut Masyitah. Sedangkan Masyitah pergi menuju keluarganya memberitahu untuk bersiap mendapatkan hukuman dari Fir’aun.
Fir’aun marah ketika putrinya menceritakan apa yang ia dengar. Fir’aun segera memanggil Masyitah ke istana. Tanpa lama Masyitah pun bergegas ke istana memenuhi panggilan sang raja. Fir’aun bertanya “apa kamu menyembah selain aku?” dengan nada tinggi, seluruh istana dibuat takut dengan marahnya, tapi tanpa takut Masyitah menjawab dengan santai, “ya, aku menyembah Allah. Allah tuhanku, tuhanmu, dan juga Tuhan seluruh alam,” tutur Masyitah. Fir’aun kemudian segera mengumpulkan beberapa prajurit untuk menangkap Masyitah serta keluarganya. Dia pun memerintahkan prajurit yang lain untuk membuat sebuah lobang besar untuk diisi air panas seperti dari kawah bara dari gunung api.
Fir’aun bermaksud merebus Masyitah serta keluarganya sampai mati. Tibalah hari eksekusi, warga dikumpulkan untuk menyaksikan hukuman sadis. Masyitah bersama suami dan empat anaknya termasuk satu bayi yang digendongnya telah berada disana, siap menghadapi hukuman dari Fir’aun.
Mereka melihat lubang besar berisi air mendidih yang siap kapan saja melepuhkan badan mereka. Tapi, hati mereka tak takut dengan hukuman dari seorang manusia. Mereka memilih beriman kepada Allah Swt daripada ke manusia. Sebelum Masyitah serta keluarganya dilemparkan ke air mendidih, mereka ditanya oleh Fir’aun apakah mereka masih akan terus mengimani Allah dan enggan menuhankan Fir;aun. Tapi, jawaban mereka selalu sama setiap kali ditanya,
Keteguhan Iman yang Luar Biasa dari Kisah Masyitah dan Keluarganya
“Allah merupakan Tuhanku, Tuhan Fir’aun, dan Tuhan semesta alam. Kami akan terus beriman kepada Allah Swt sekalipun harus lompat ke kawah mendidih”. Maka, bulatlah keputusan Fir’aun untuk melempar mereka ke dalam kawah mendidih. Suami Masyitah yang pertama kali dilempar. Badannya langsung terlalap air yang mendidih, tinggal sebuah daging menghitam tak bernyawa. Melihat hal itu Fir’aun tertawa dan terus menghina orang-orang yang beriman kepada Allah Swt.
Masyitah tetap tegar mengimani Allah Swt. Setelah sang suami, sekarang anak-anaknya satu persatu dilemparkan kedalam kawah yang mendidih. Semuanya dilaksanakan di hadapan Masyitah, sampai tinggalah Masyitah dan bayinya, dia menggendong bayinya kuat-kuat. Hatinya masih tegar diatas agama Allah Swt.
Maka, diseretlah dia dengan bayinya mendekati kawah yang sangat panas itu, ketika akan dilempar kedalam kawah, tiba-tiba syetan membisikkan keraguan dalam hatinya. Keraguan dengan merasa sedih dan kasihan pada bayinya yang belum sempat berkembang dewasa melihat dunia, bayi yang baru lahir tanpa dosa dan tidak tahu apapun. Masyitah pun berhenti melangkah menuju kawah, ia terus saja melihat bayinya dengan perasaa yang sedih.
Melihatnya Fir’aun sempat berpikir Masyitah akan mengambil kata-katanya dan akan kembali menuhankan dia. Ia pun senang sebab merasa ancamannya kepada Masyitah Berhasil. Tapi, pikiran Fir’aun salah, Masyitah tak pernah sedikitpun melepaskan keimanannya kepada Allah Swt. Kemudian dengan kehendak Allah Swt sang bayi tiba-tiba bisa berbicara dan berkata kepada ibunya, “ Wahai ibu, jangan takut, sesungguhnya surga sedang menanti kita”, kata sang bayi yang digendongnya.
Mendengar itu, keraguan tadi yang dibisikkan menghilang. Ia pun mencium anaknya. Kemudian, masuklah keduanya kedalam air yang panas. Masyitah serta keluarganya mengakhiri hidup mereka dengan berpegang teguh kepada agama yang dianutnya.
Kisah Masyitah disebut dalam sebagian hadist Rasulullah Saw tentang isra mi’raj yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan Thabrani. Hadist itu datang dari Hammad bin Salamah dari Atha’ bin Saib. Dalama perjalanan Isra Mi’raj ke Masjidil Aqsa, Rasulullah melewati sebuah wilayah semerbak seperti harum kasturi.
Rasulullah pun bertanya kepada Jibril,”wahai Jibril, aroma semerbak apakah ini?” Jibril pun menjawab,”Ini merupakan harum Masyitah, pelayan putri Fir’aun, “Rasulullah pun kembali bertanya, “apa gerangan kelebihan Masyitah?” maka Jibril pun mengabarkan kisah Masyitah kepada Rasulullah Saw kurang lebihnya telah dikisahkan diatas.
Demikian kisah Masyitah. Semoga artikel ini bisa bermanfaat.
Baca juga: Kisah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani: Sang Sulthonul Auliya
Baca juga: KISAH JALALUDDIN RUMI SANG SUFI LEGENDARIS