BERITAISLAM.COM – Kisah Nailah Al-Farafisah, menjadi salah satu kisah wanita teladan yang sangat mengagumkan. Kesetiaannya pada suaminya, khalifah Utsman bin Affan, dan pengorbanannya dalam melindungi Khulafaur Rasyidin ke-3 ini menjadi kisah yang tak akan lekang oleh waktu. Bahkan setelah wafatnya Utsman bin Affan, Nailah Al-Farfisah menolak pinangan Muawiyah bin Abi Sufyan, ia merasa tidak ada pria lain yang mampu menggantikan kedudukan Utsman bin Affan di hatinya.
Inilah Kisah Nailah Al-Farafisah dan Perbedaan Usianya dengan Utsman
Kisah Nailah Al-Farafisah dan Utsman bin Affan menjadi sorotan tersendiri mengingat perbedaan usia keduanya yang cukup jauh. Padahal, gadis belia berusia 18 tahun pada umumnya menyukai pria yang sepantaran atau yang memiliki selisih usia berdekatan.
Mengutip dari laman Republika.co.id, saat mengkhitbah Nailah, Utsman sempat menanyakan kesanggupannya menikah dengan pria yang usianya begitu jauh. Pertanyaan ini ia ajukan karena Nailah sempat terkejut saat melihat uban yang begitu banyak di kepala Utsman. Saat itu usia Utsman telah mencapai 81 tahun dan usia Nailah baru menginjak 18 tahun.
Pria yang terkenal dengan julukan Dzunnuraini (Pemilik 2 Cahaya) ini bertanya kepada Nailah dengan lembut, “Apakah engkau keberatan jika menikah denganku, laki-laki yang sudah sangat tua?”
Dengan santun dan penuh kehati-hatian Nailah menjawab, “Aku menyukai lelaki yang lebih tua.”
Utsman pun menimpali, “Tetapi usiaku telah melampaui ketuaanku.”
Nailah tersenyum lantas menunduk, “Masa mudamu telah engkau habiskan bersama Rasulullah SAW. Itu membuatku merasa beruntung dan itu lebih dari segala-galanya.”
Demikianlah kisah Nailah Al-Farafisah, jawaban dari wanita Bani Kalb ini berhasil menyentuh hati Utsman bin Affan. Hingga tak lama setelah proses khitbah, terjadilah pernikahan antara Nailah Al-Farafisah dengan Utsman bin Affan.
Kisah Nailah Al-Farafisah dan Kesetiaannya Pada Utsman
Kisah Nailah Al-Farafisah menjadi teladan dan pembelajaran bagi seorang muslimah tentang kesetiaan. Wanita muda yang berasal dari Bani Kalb ini dikenal memiliki kelembutan, kecerdasan, dan kepiawaian dalam membuat syair. Tak heran, saat berumah tangga dan mendapat didikan dari Utsman bin Affan, kepribadiannya pun kian hari kian cerdas dan bertambah rasa penyayangnya.
Mengutip dari laman Republika.co.id, kisah Nailah Al-Farfisah dan kesetiaanya tercermin di saat-saat terakhir wafatnya Utsman bin Affan. Kala itu keadaan Madinah kacau balau, banyak pemberontakan di mana-mana. Ratusan bahkan ribuan orang memiliki dendam dan kebencian terhadap Utsman. Para pemberontak datang untuk membunuh Khalifah Rasyidin ke-3 ini.
Saat keadaan kian memburuk, pasukan pemberontak pun berhasil mengepung rumah Utsman, menyaksikan hal ini Nailah gagah berani melindungi suaminya yang telah lanjut usia. Tak pernah sedetikpun terlintas di kepalanya untuk sembunyi, apalagi berlari. Ia setia menemani Utsman di saat-saat bahaya, tak peduli seberapa takut hatinya.
Hingga pada akhirnya para pemberontak berhasil memasuki rumah Utsman bin Affan. Mereka berusaha mengayunkan pedangnya ke arah Utsman, namun dengan gesitnya Nailah menangkis sabetan pedang tersebut hingga sejumlah jemarinya terputus. Jangankan jemarinya yang indah dikorbankan, Nailah bahkan rela kehilangan nyawanya demi menyelamatkan Utsman suaminya.
Meski demikian, perempuan yang sangat lembut ini tak bisa menahan diri dari rasa sakit saat ujung jemarinya putus, ia menjerit memanggil pembantu lelaki bernama Rabah. Namun pemberontak tak kehabisan akal, ia kembali mengayunkan pedangnya ke arah Utsman. Lagi-lagi Nailah berhasil menangkis pedang tersebut, namun jemari tangan satunya ikut terputus.
Kisah Nailah Al-Farafisah dan kesetiaanya pun mencapai puncak, meski dengan segenap jiwa dan raga, ia tak bisa mencegah kematian menjemput suaminya. Para pemberontak itu tak setitik pun merasa iba dengan jerit kesakitan Nailah, mereka tetap melancarkan aksinya untuk membunuh Utsman bin Affwan di depan Nailah yang tak bisa lagi melakukan perlawanan.
“Sungguh, kalian telah membunuhnya, padahal dia telah menghidupkan malam dengan Alquran dalam rangkaian rakaat.” ucap Nailah pada para pemberontak yang diliputi kebencian.
Utsman bin Affan pun meninggal karena sabetan pedang dari para pemberontak, mereka bahkan tidak peduli jika di saat yang sama Utsman tengah memegang Mushaf Al-Quran. Darah pun mengalir hingga membasahi mushaf Al-Quran yang Utsman pegang, tepatnya pada surah Al-Baqarah ayat 137 yang artinya:Maka Allah me melihara engkau dari mereka.
Itu dia kisah Nailah Al-Farafisah dan kesetiaannya terhadap Utsman bin Affan hingga pengorbananya di akhir masa hidup Utsman. Kesetiaannya pada Utsman bahkan masih terlihat sepeninggal suaminya, hal ini terbukti saat Muawiyah bin Abi Sufyan meminangnya pasca meninggalnya Utsman. Nailah dengan tegas menolak pinangan tersebut, karena baginya tidak ada lelaki lain yang bisa menggantikan kedudukan Utsman.
Baca Juga: Kisah Hidup Sa’ad bin Abi Waqqash