BERITAISLAM.COM – Di antara sekian banyak sahabat Nabi Muhammad SAW, ada satu sosok yang dikenal karena sifatnya yang jenaka dan suka bercanda, yaitu Nuaiman bin Amr. Ia sering kali melakukan hal-hal lucu yang menghibur Rasulullah dan para sahabat lainnya. Namun, di balik sikapnya yang humoris, Nuaiman tetap merupakan seorang Muslim yang taat dan sangat mencintai Rasulullah. Artikel ini akan membahas kisah-kisah menarik tentang Nuaiman dan bagaimana ia menunjukkan bahwa islam tidak selalu serius, tetapi juga penuh dengan keceriaan.
Siapa Nuaiman bin Amr?
Nuaiman bin Amr adalah salah satu sahabat Rasulullah yang berasal dari kaum Anshar. Ia ikut serta dalam berbagai peristiwa penting dalam sejarah islam, termasuk Perang Badar, yang menunjukkan keberaniannya di medan perang. Meskipun dikenal sebagai prajurit yang berani, ia juga memiliki sisi humor yang membuat suasana di antara para sahabat menjadi lebih ringan dan menyenangkan.
Kisah Nuaiman “Menjual” Sahabatnya
Suatu Suatu hari, Nuaiman bin Amr dan Suwaibit bin Harmalah sedang dalam perjalanan bersama Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk pergi ke Negeri Syam. Saat itu, mereka sedang dalam keadaan lapar dan tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan. Namun, Suwaibit membawa beberapa potong roti yang menjadi bekalnya sendiri. Lalu, Nuaiman meminta sepotong roti kepada Suwabit, “Suwabit, aku lapar! Berikan aku sepotong roti”. Akan tetapi, Suwabit tidak memberikan roti tersebut kepada Nuaiman dikarenakan ia ingin menunggu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Lalu, Nuaiman mulai berpikir bagaimana cara mendapatkan roti tersebut. Ia kemudian menemukan ide yang sangat unik dan jahil, ia berjalan menuju pasar dan datang ke tempat penjualan hamba sahaya. Disitu ia berpikiran untuk menjual Suwaibit sebagai hamba sahaya agar ia bisa mendapatkan uang dan membeli roti dari Suwaibit sendiri
Tanpa sepengetahuan Suwaibit, Nuaiman bin Amr mendatangi seorang pedagang di pasar dan berkata, “Aku punya seorang budak (hamba sahaya), saya jual 20 dirham. Namun, ada satu hal yang perlu kau tahu jika kau ingin membelinya, dia pasti akan berkata bahwa dia adalah orang merdeka. Tapi jangan percaya, itu hanya alasannya agar tidak dibeli.”
Pedagang itu tertarik dan sepakat untuk membeli hamba sahaya yang dimaksud tersebut. Setelah transaksi selesai dan Nuaiman menerima uangnya, pedagang itu pun langsung menghampiri Suwaibit dan menangkapnya.
Ketika pedagang itu mencoba membawa Suwaibit pergi, Suwaibit langsung berteriak, “Aku bukan budak! Aku adalah orang merdeka!” Namun, karena sudah diberi peringatan oleh Nuaiman sebelumnya, pedagang itu menganggap bahwa Suwaibit hanya mengarang cerita untuk menghindari perbudakan. Ia pun tetap menarik Suwaibit dengan paksa.
Sementara itu, Nuaiman langsung menggunakan uang hasil “penjualan” Suwaibit untuk membeli roti yang dimiliki oleh Suwaibit sendiri. Ia dengan santainya menikmati makanan itu tanpa merasa bersalah sedikit pun.
Hal tersebut diketahui oleh Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq karena menyadari ketidakhadiran Suwabit. Lalu Abu Bakar menanyakan kepada Nuaiman bin Amr dimana keberadaan Suwabit, dan ia berkata jujur bahwa ia telah menjualnya kepada penjual hamba sahaya. Mengetahui fakta tersebut, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq tertawa dan segera menuju ke pasar untuk menebus kembali Suwabit dari penjual hamba sahaya.
Setelah kejadian itu, dilaporkanlah hal ini kepada Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW mendengar cerita tersebut, beliau tertawa terbahak-bahak hingga terlihat gigi gerahamnya. Kejadian ini pun menjadi salah satu kisah humor paling terkenal di kalangan sahabat, dan membuat Nuaiman semakin dikenal sebagai sahabat yang penuh dengan kejailan.
Itu dia kisah Nuaiman bin Amr. Ia adalah contoh sahabat Nabi SAW yang menunjukkan bahwa islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang dan keceriaan. Kisah-kisahnya mengajarkan kita bahwa bercanda dalam islam diperbolehkan selama tidak menyakiti orang lain dan tetap dalam batas kewajaran. Rasulullah SAW sendiri menikmati candaan Nuaiman, yang membuktikan bahwa memiliki sifat humoris adalah bagian dari kepribadian yang baik dalam islam.
Baca Juga : Perbedaan Takdir Mubram dan Takdir Muallaq dalam Islam yang Wajib Diketahui