BERITAISLAM.COM – Riya’ dan ujub adalah dua penyakit hati, dimana sifat dari keduanya sangat bertolak belakang dengan sifat ikhlas. Tentu kita tahu bahwa musuh berbahaya yang bisa menggugurkan keikhlasan adalah penyakit riya’ dan ujub. Dalam Islam tentu kita telah mengenal istilah riya’ dan ujub, tapi apakah kita tahu perbedaan riya’ dan ujub? Simak artikel berikut untuk mengetahui penjelasan lengkap tentang perbedaan riya’ dan ujub!
Berkembangnya kemajuan teknologi terutama media sosial sangat berhubungan erat dengan kehidupan manusia, tak jarang setiap momen yang mereka lakukan akan diabadikan dan kemudian diunggah di sosial media. Bahkan ibadah yang dilakukan pun tak luput dari unggahan tersebut, sehingga saat ini privasi antar individu sudah semakin memudar, karena tidak ada batasan untuk kita mengetahui kehidupan orang lain.
Secara fitrah, manusia senang ketika dipuji. Namun, jangan sampai pujian menyebabkan kita riya’ sehingga ibadah yang kita lakukan tidak ada niat ikhlas di dalamnya. Dalam ibadah niat ikhlas merupakan hal yang penting dilakukan karena dengan itu kita akan mendapat pahala serta ridho dari Allah SWT.
Penyakit riya’ dan ujub tidak menimpa orang-orang yang buruk atau pelaku maksiat, justru penyakit ini rawan mengenai orang-orang yang rajin beribadah. Oleh karenanya, demi membersihkan hati kita dari penyakit riya’ dan ujub, hendaknya kita perlu untuk memperdalam pembahasan tentang kedua penyakit hati tersebut.
Lalu Apa Perbedaan Riya’ dan Ujub?
Ibnu Taimiyah memberikan pelajaran mengenai perbedaan riya’ dan ujub sebagai berikut. Beliau rahimahullah menjelaskan,
Perlu diketahui bahwa riya’ memiliki arti sebagai menyekutukan atau menyandingkan makhluk. Sementara ujub berarti menyandingkan jiwa seseorang dengan jiwa yang lemah. Ujub inilah keadaan orang yang sombong.
Dilansir dari laman muslimah.or.id perbedaan riya’ dan ujub sesuai dengan sabda nabi,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kamu kuberitahu tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) Al masih Ad Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika seseorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya“ (H.R Ahmad dalam Musnad-nya. Dihasankan oleh Al Albani Shahiihul Jami’ no.2604)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa riya’ termasuk syirik khafi yang samar dan tersembunyi. Hal ini karena riya’ terkait dengan niat dan termasuk amalan hati, yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Tidak ada seseorang pun yang mengetahui niat dan maksud seseorang kecuali Allah semata.
Hadist di atas menunjukkan tentang bahaya riya’, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir riya’ menimpa para sahabat yang merupakan umat terbaik, apalagi terhadap selain mereka. Kekhawatiran beliau lebih besar daripada kekhawatiran terhadap ancaman fitnah Dajjal karena hanya sedikit yang dapat selamat dari bahaya riya’ ini. Fitnah Dajjal yang begitu berbahaya, hanya menimpa pada orang yang hidup pada zaman tertentu, sedangkan bahaya riya’ menimpa seluruh manusia di setiap zaman dan setiap saat (I’aanatul Mustafiid, II/90).
Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !” (HR Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 6868, hadits ini dinyatakan oleh Al-Munaawi bahwasanya isnadnya jayyid dalam At-taisiir, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no 5303).
Bila kita merasa telah menjadi orang yang baik saja dianggap ujub, sebagaimana ditanyakan kepada Aisyah radliyallahu anha siapakah orang yang terkena ujub, beliau menjawab: “Bila ia memandang bahwa ia telah menjadi orang yang baik” (Syarah Jami As Shaghir). Bagaimana bila disertai dengan menganggap remeh orang lain? Inilah kesombongan.
Dari hadist di atas dapat kita ketahui bahwa perbedaan riya’ dan ujub, yaitu riya’ terkait dengan niat dan amalan hati yang hanya diketahui oleh Allah saja. Sedangkan ujub berhubungan dengan perasaan hati, dimana seseorang tersebut membanggakan dirinya sendiri. Ia merasa semua yang dilakukan adalah hasil dari usahanya, tanpa ada campur tangan dari Allah SWT.
Demikian penjelasan tentang perbedaan riya’ dan ujub, hendaknya kita sebagai umat Islam menghindari kedua penyakit hati tersebut. Kita boleh mengikuti perkembangan zaman, tetapi jangan sampai lupa dengan apa yang Islam ajarkan!
Baca Juga: 6 Rukun Iman: Mengetahui Makna dan Hikmah di dalamnya