Belajar fiqh ala gen z? memang ada apa dengan Gen Z? Gen Z atau disebut juga sebagai i-Generation (generasi internet) adalah generasi yang tumbuh di era teknologi yang serba cepat. Hal tersebut menyebabkan mereka memiliki pemikiran yang kritis terhadap berbagai hal termasuk belajar ilmu Agama.
Gen z memiliki cara unik tersendiri dalam memahami dan mempraktikan ilmu agama yang mereka yakini. mereka cnederung tidak menelan mentah-mentah informasi yang mereka dapatkan, kecuali mereka cari tahu lebih dulu hingga ke akarnya. Kali ini kita akan coba mengupas cara belajar fiqh ala gen z bersama salah satu influencer yaitu Kadam Sidik.
Kadam Sidik adalah nama panggung dari seorang dai muda kelahiran tahun 2002 yang berasal Madura yaitu Husain Basyaiban. Ia terkenal karena dakwahnya di sosial media lewat platform Tiktok.
Sasaran dakwahnya adalah generasinya sendiri (gen z). Sebab ia menyadari bahwa hampir sebagian waktu mereka dalam sehari dihabiskan untuk berselancar dalam dunia maya. Maka bukan hal baru bagi Kadam Sidik jika ia harus meneruskan dakwah para ulama melalui sosial media, termasuk dalam mengajar disiplin ilmu fiqh.
Dalam artikel ini kita akan membahas bagaimana cara belajar fiqh ala gen z yang dipelopori oleh Kadam Sidik. Ia menggunakan kitab umum yang banyak digunakan diberbagai pesantren di Indonesia, yaitu kitab Safinatun Najah.
Belajar Fiqh ala Gen Z Lewat Kitab Safinatun Najah
Ilmu Agama adalah fundamental manusia dalam menjalani hidup didunia. Ilmu Agama tidak bisa dipisahkan dengan keseharian kita, ibarat sebuah bangunan itu adalah pondasi. Terlebih yang terkait dengan hukum hukum kehidupan atau adat istiadat setempat, perlu adanya penyesuaian ilmu syariat sesuai dengan kebutuhan dan zamannya.
Hukum syariat memang tidak berubah, tapi bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan pada masa saat itu penerapannya. Maka perlu adanya pakar keilmuan khusus dari masa ke masa, terutama dalam disiplin ilmu fiqh dari masa ke masa.
Kali ini kita sudah memasuki era digital, dimana tantangan pada masa ini begiu berat dan kompleks. Sebab banyak sekali perbedaan yang justru menimbulkan perpecahan. Berbeda dengan ulama kita terdahulu, yang memandang perbedaan sebagai suatu anugerah, bukan memberikan celah untuk berselisih.
Pembelajaran dari masa ke masa pun sama, pasti ada perbedaan yang signifikan dalam berbagai aspek. seperti misalnya, dulu pada masa Rasulullah, umat harus mendatangi surau atau tempat belajarnya secara langsung, Karena pada masa itu, belum ada internet yang bisa melakukan siaran langsung.
Sedangkan saat ini, berbagai disiplin ilmu bisa diakses dimanapun dan kapanpun, sebab di era digital ini informasi begitu mudah didapat hanya dalam genggaman, sehingga banyak diantara kita yang lebih memilih belajar melalui internet dibandingkan dengan datang secara langsung.
Tentu saja pahalanya pun berbeda, orang yang datang untuk berguru secara langsung pada ulama atau pakarnya, tentu mendapatkan pahala yang jauh lebih besar. Meskipun ilmu yang didapat sama tapi feel-nya tetap akan berbeda. Namun untuk kamu yang punya kendala tidak bisa berguru secara langsung, tapi ingin memperdalam ilmu Agama, ini bisa menjadi solusi dan alternatif yang baik untukmu belajar.
Biasanya, kebanyakan dari mereka yang belajar lewat internet itu adalah generasi z dan milenial. Belajar fiqh ala gen z tentu tidak jauh dari yang namanya internet, karena memang generasi mereka adalah generasi net.
Hampir semua aktivitas dalam keseharian mereka dilakukan melalui digital, termasuk belajar. sebab mereka sudah terpapar digital sejak kecil. Jadi ketika diberi kemudahan dalam menuntut ilmu melalui media apapun selagi itu memudahakan, akan dilakukan. Tapi tetap harus memerhatikan guru yang mengajar, kita harus lebih teliti melihat kepada siapa sanad keilmuannya itu bersambung.
Kali ini kita akan membahas bagaimana cara belajar fiqh ala gen z bersama Kadam Sidik, seorang dai muda yang berbagi ilmu lewat berbagai platform sosial media serta kanal youtube-nya.
“Adab seseorang yang akan membaca sebuah kitab adalah mengetahui siapa pengarang kitabnya. sebelum mengetahui siapa pengarangnya. mari kita bahas terlebih dahulu judul kitabnya.” Tutur Kadam saat membuka sesi kajian fiqh-nya setelah mengucap salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Ia pun melanjutkan penjelasannya kenapa ia memilih kitab safinah sebagai bahan mengajarnya kali ini dalam ilmu fiqh. Sebab bahasanya ringan dan sangat mudah untuk kaum awam atau mubtadiin yang baru belajar ilmu fiqh dari madzhab Syafii. Kiitab itu juga sangat cocok menjadi bahan ajar untuk belajar fiqh ala gen z. Selain itu, ia juga begitu kagum pada makna dari judul kitab tersebut.
“Safinah artinya adalah kapal, najah artinya keselamatan. Safinatun Najah bermakna kapal keselamatan. Apakah judulnya hanya dua kata? tentu tidak, masih ada terusan kalimat dari judulnya yaitu Safinatun Najah Fii Maa Yajibu alal abdi Maulah ala Madzhabil Imam Asy-Syafií. Kapal yang membawa seseorang dalam keselamatan yang membahas tentang perkara yang wajib dilakukan seorang hamba terhadap Tuhannya menurut pendapat Imam Syafii ra.” Penjelas Kadam.
Setelah menjelaskan mengenai judl, ia melanjutkan pembahan kepada pengarang kitab tersebut yang bernama al-Imam asy-Syaikh Salim ibn Sumair al-Hadrami dari Hadramaut, Yaman. Syekh Salim merupakan pakar militer, dan banyak mengajarkan taktik kemiliteran kepada para muridnya.
Dalam mendalami ilmu agama ia banyak belajar kepada ayahnya. Ia juga punya banyak guru selain ayahnya yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu.
Saking pakarnya di bidang militer, beliau pernah datang ke Singapore untuk mengurus persenjataan militer. Beliau mengarang kitab safinah begitu ringkas, karena untuk memudah umat muslim dalam belajar fiqh.
Dari setiap pembahasan yang ia bagikan di kanal youtube-nya, Kadam membaginya dalam beberapa bagian video dalam playlist, mulai dari pembahasan judul dan pengarang, kemudian pembukaan atau mukaddimah, Bab 1, Bab 2, dan seterusnya, sebagaimana kajian kitab pada umumnya yang dibagi per bab.
Untuk lebih lanjut, kamu bisa kunjungi kanal Youtube-nya Mata Naqra, dari sana kamu bisa mengaji kapanpun dan dimanapun kamu mau, asalkan tempat itu suci dan bersih. Seperti kata seorang ulama asal Madura juga bernama Lora Ismael al-Kholilie, “Kamu tidak akan mendapat bahkan setengahnya dari ilmu, sebelum kamu memberikan seluruh yang kamu miliki untuk ilmu.”
Demikian informasi terkait tren belajar fiqh ala gen z bersama Kadam Sidik, semoga bermanfaat. dan jangan lupa untuk terus merasa haus akan ilmu, agar kelak ilmu menjadi lautan kesenangan yang bisa kamu nikmati.
Baca Juga : Sumpah Pemuda: Wujudkan Pemuda Tangguh Dan Berilmu Untuk Indonesia Maju 2045