BERITAISLAM.COM – Banyak orang yang asal menilai bahkan sampai menghakimi orang lain hanya demi membenarkan penilaiannya terhadap orang tersebut. Padahal, menilai orang lain menurut Islam itu ada cara-caranya. Hal ini berlaku khususnya untuk semua muslim.
Dalam Islam, memang dianjurkan untuk bermuamalah dari yang tampak (dzahir) saja. Namun, hal tersebut bertujuan untuk menenangkan hati pada setiap orang (muslim).
Mengapa demikian? karena apa-apa yang tidak tampak (dalam hati) orang lain tidak dijadikan beban bagi setiap muslim. Hal tersebut tertulis dalam salah satu hadist di kitab Riyadhus Shalihin, yang artinya:
Umar bin Khattab ra. berkata, “Barangsiapa yang menampakkan perbuatan baik kepada kami, maka kami berikan keamanan dan kami dekatkan kedudukannya kepada kami, sedangkan kami tidak mempersoalkan sedikit pun tentang hatinya. Allahlah yang akan menghisab isi hatinya itu.” (Riwayat Bukhari)
Menilai orang lain cukup dalam sikap dzahirnya saja memang baik, karena untuk menjaga prasangka kita terhadap orang lain. Namun, bagaimana cara menilai orang lain menurut Islam yang dianjurkan? Berikut penjelasannya.
Cara Menilai Orang Lain Menurut Islam
1. Menilai Orang Lain Berdasarkan Hati
Menilai orang lain menurut Islam yang pertama adalah dengan berdasarkan hati. Walaupun menilai seseorang hanya dari sikap yang tampak saja, namun tetap harus dengan berdasarkan hati.
Zaman sekarang banyak orang yang menilai orang lain berdasarkan yang dzahir saja. Selain sikap, juga terdapat jabatan, harta, dan fisik, yaitu diantaranya seperti warna kulit, wajah, dan bahkan pakaiannya. Seperti dalam sebuah hadist, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk paras dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim No. 2564)
Dalam hadist tersebut, sudah sangat menjelaskan bahwa Allah Swt. tidak melihat hamba-Nya atau seseorang dari apa yang terlihat, seperti fisik, harta, dan jabatan. Namun, Sang Pencipta menilai kita semua para hamba-Nya dengan niat hati yang paling dalam dan amalan-amalan yang dilakukan selama di dunia.
Allah Swt. sebagai Sang Pencipta pun melihat berdasarkan hati. Kita sebagai sesama makhluk, apakah pantas menilai makhluk lainnya berdasarkan fisik, harta, dan jabatannya? Padahal, semua apa yang tampak juga merupakan ciptaan-Nya.
2.Tinggalkan Sikap Ujub
Ujub merupakan sikap berbangga diri terhadap diri sendiri maupun suatu kelompok. Meninggalkan sikap ujub juga termasuk ke salah satu bagian dalam pembahasan menilai orang lain menurut Islam.
Seseorang yang memiliki sikap ujub, biasanya memandang dirinya lebih baik atau mulia daripada orang lain. Oleh karena itu, orang yang ujub dengan mudahnya menilai orang lain dengan remeh yaitu berprasangka buruk dan hina.
Orang ujub juga biasanya gampang menjelek-jelekkan orang lain tanpa mengetahui keadaan orang tersebut. Maka, jauhilah sikap ujub agar dapat berprasangka baik dan bisa menjalankan poin yang ada pada pembahasan menilai orang lain menurut Islam.
Pembahasan tentang sikap ujub terdapat dalam ayat Quran. Saat Allah Swt. memerintahkan iblis untuk sujud kepada Nabi Adam as., namun iblis menentangnya. Bunyi ayatnya adalah sebagai berikut, yang artinya:
“Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raf:12)
Jangan sampai, sikap kita sebagai umat muslim sama dengan sikap iblis yang ujub. Sikap rendah diri lebih baik, daripada sikap berbangga diri.
3.Tanamkan Selalu Prasangka Baik
Menilai orang lain menurut Islam yang terakhir adalah dengan tanamkan selalu prasangka baik. Berprasangka baik adalah tolak ukur utama yang harus ditanamkan di setiap pribadi masing-masing.
Berprasangka baik disini bisa ditujukan kepada siapapun, walaupun orang tersebut penjahat sekalipun. Dari situlah, seseorang tidak akan mendapatkan hukum dosa karena telah berprasangka buruk.
Dengan berprasangka baik, seseorang akan lebih tenang dan nyaman dalam menghadapi setiap orang bahkan kehidupan. Berprasangka baik untuk menilai orang lain dalam Islam tertera dalam surah Quran, yang artinya:
“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
Itulah beberapa cara untuk menilai orang lain menurut Islam. Jangan pernah asal memutuskan untuk menilai, apalagi menghakimi orang lain. Menilai orang lain menurut Islam sangatlah sederhana dan tidak akan menimbulkan pertikaian pada sesama.
Baca Juga: 5 Cara Berpikir Positif Menurut Islam dan Jadikan Hidup Tenang